InfoMalangRaya – Kampung Ladu di Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, ternyata bernasib sama dengan Kampung Wayang di Desa Beji. Keduanya sama-sama ditinggal begitu saja, setelah dilaunching Dinas Pariwisata (Disparta) Kota Batu.
Seperti diketahui, Kampung Wisata Ladu dilaunching pada 2021 lalu. Katanya bertujuan untuk melestarikan jajanan ladu khas Kota Batu. Juga mengenalkan kepada wisatawan, mengenai proses pembuatan jajanan ladu dari awal hingga akhir. Dengan harapan mampu meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.
Alih-alih melestarikan jajanan ladu, hingga membuat perekonomian masyarakat setempat meningkat. Setelah dilaunching-nya kampung wisata tersebut, ternyata tak seindah yang dibayangkan. Sebab di lokasi tersebut, saat ini tinggal menyisakan dua orang saja yang rutin memproduksi ladu.
Salah satu produsen Ladu, Sungkono menyatakan, kondisi Kampung Ladu saat ini, sama seperti kondisi Kampung Wayang. Kondisinya masih sama seperti dulu. Seperti kampung-kampung biasa.
“Saat ini yang produksi dan jualan ladu hanya menyisakan dua orang saja. Dideklarasikan jadi Kampung Ladu, tapi yang rutin produksi hanya dua orang,” beber Sungkono, Senin (14/8/2023).
Sungkono membeberkan, suport dari Disparta untuk memajukan Kampung Ladu hanya sekali saja. Yakni saat launching Kampung Ladu tahun 2021 lalu. Setelahnya dilepas begitu saja. Tidak ada pendampingan maupun pelatihan.
“Jangankan mendampingi, ketemu lagi setelah festival saja tidak pernah. Habis festival ya ditinggal begitu saja. Sampai sekarang tidak pernah ada apa-apa lagi. Karena itu, kami merasa hanya dimanfaatkan oleh mereka,” tegasnya.
Dia menceritakan, dulunya di Kampung Ladu hampir setiap rumah memproduksi ladu. Terutama saat hendak memasuki bulan puasa. Sedangkan saat ini tinggal menyisakan dua orang saja.
“Sebenarnya minat konsumen cukup tinggi. Untuk pemasaran lokal Kota Batu saja sudah kualahan. Dalam sehari kami bisa memproduksi sekitar 12 Kg. Karena tidak ada suport untuk promosi, proses pemasaran kami memanfaatkan sosial media Tiktok,” jelas dia.
Pengerajin ladu lainnya, Ratih Rohali menyampaikan, dulu pejabat Disparta pernah datang. Tapi saat datang para petugas itu hanya mencatat-catat saja. Kemudian sudah tidak ada tindak lanjut hingga kini.
“Karena itu, ketika ada Festival Kampung Ladu lagi, saya tidak mau ikut. Sebab selama ini kami hanya didatangi. Namun tidak ada tindak lanjut yang berarti. Sehingga saya tidak mau kalau hanya dimanfaatkan saja,” tegas Ratih.
Dia mengaku, kondisi saat sebelum dan sesudah terkonsep sebagai Kampung Ladu sebenarnya tidak jauh berbeda. Seolah hanya memiliki konsep semata, tanpa dampak positif terhadap kesejahteraan masyarakat.
“Tidak adanya keseriusan ini, dampaknya tidak seperti yang dibayangkan tentang edukasi pembuatan ladu, penyuplai kue ladu ke berbagai daerah dan lain sebagainya,” tutur dia.
Ketua Komisi C DPRD Kota Batu, Khamim Thohari menyampaikan, dengan adanya temuan itu, Disparta Kota Batu punya banyak tugas yang harus segera di rampungkan. Sebab hampir seluruh desa wisata di Kota Batu hanya dilaunching saja dan tidak ada tindak lanjut setelahnya.
“Promosi potensi wisata di Kota Batu hingga pengembangan Desa Wisata masih kurang efektif. Desa wisata masih jalan di tempat karena tidak ada pembinaan berkelanjutan,” tuturnya.
Dia secara terang-terangan juga menegaskan, jika semua kegiatan Disparta Kota Batu hanya semacam seremonial semata. Setelah acaranya selesai, juga tidak ada tindak lanjut yang berarti dari Disparta Kota Batu.
Sebelumnya, Wakil Ketua l DPRD Kota Batu, Nurochman menekankan, seharusnya dinas terkait saat melakukan branding sebuah kawasan betul-betul terencana, terintegrasi dan sustainable. Sehingga sebuah kawasan yang dibranding ada wujud dan aktifitas sesuai brandingnya.
“Sehingga tidak hanya membuat judul besar tanpa isi,” tegas dia.
Cak Nur sapaan akrabnya menambahkan, seperti halnya di Desa Sumberejo. Telah dibranding sebagai desa wisata petik sayur organik. Namun ternyata para petaninya masih konvensional dan tidak ada destinasi yang benar-benar menunjukkan desa wisata petik sayur organik.
“Banyak sekali kegiatan yang hanya seremonial saja. Selesai seremoninya ya selesai juga programnya. Tidak pernah ada keberlanjutan. Benar-benar tidak serius,” tandasnya. (Ananto Wibowo)
The post Seperti Kampung Wayang, Kampung Ladu Setelah Dilaunching Ditinggal Begitu Saja appeared first on infomalangraya.com.