Kebangkitan bangsa Palestina yang bertekad berjuang habis-habisan kali ini akhirnya mengungkap ‘wajah sebenarnya’ Barat di mata dunia
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal InfoMalangRaya (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
InfoMalangRaya.com | BANYAK pihak yang masih tak menyangka aksi mendadak pejuang kemerdekaan Palestuna yang meluncurkan “Operasi Taufan (Banjir) Al-Aqsha hari Sabtu pekan lalu yang sedikit banyak menunjukkan sisi lemah rezim Zionis yang diklaim perkasa di mata dunia.
Di sisi lain, juga menunjukkan sikap dan wajah sebagian besar pemimpin Barat yang sesungguhnya ketika mengomentari eskalasi terbaru antara pejuang Palestina dan penjajah ‘Israel’.
Di antara yang pertama memberikan tanggapan adalah Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, yang menyampaikan belasungkawa kepada keluarga para korban yang meninggal di ‘Israel’.
Ia juga dengan lantang menyatakan ‘Hak rezim Tel Aviv untuk mempertahankan diri tidak dapat dipertanyakan’. Sentimen serupa juga ditunjukkan Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden dan Perdana Menteri Inggris, Rishi Sunak.
Sementara itu, Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen juga menyebut ‘hak’ ‘Israel’ untuk menghalau serangan berulang yang dilancarkan Hamas. “Uni Eropa (UE) selalu mendukung rezim Tel Aviv,” katanya.
Standar ganda dan kemunafikan terang-terangan yang dilakukan para pemimpin Barat mengundang kritik dari beberapa pengguna media sosial. Beberapa pihak mempertanyakan hak Ukraina untuk mempertahankan diri dengan dukungan para pemimpin dunia, sementara kampanye agresi Rusia dikecam keras.
Situasi tersebut sama sekali tidak bisa dibandingkan dengan pendudukan ‘Israel’ di Jalur Gaza dan Tepi Barat.
Sebelumnya, media Barat juga mendukung hak Ukraina untuk mempertahankan tanah airnya, namun mereka melabeli perjuangan Palestina melawan ‘Israel’ sebagai ‘teroris’.
Media Barat mendukung hak Ukraina untuk mempertahankan tanah airnya, namun menyebut perjuangan Palestina melawan ‘Israel’ sebagai ‘teroris’.
Media Barat mendukung hak Ukraina untuk mempertahankan tanah airnya, namun menyebut perjuangan Palestina melawan ‘Israel’ sebagai ‘teroris’.
Sebagai bentuk kecaman terhadap kemunafikan Barat, karikatur wajah perempuan yang mengibarkan bendera Palestina dan bendera Ukraina dengan satu mata tertutup dijadikan simbol kemunafikan Barat terkait pandangan mereka terhadap dua konflik tersebut.
Klip wawancara Sekretaris Jenderal Inisiatif Nasional Palestina, Mustafa Barghouti yang melontarkan pertanyaan retoris pun banyak dibagikan di media sosial.
“Mengapa AS mendukung Ukraina melawan agresi Rusia padahal mereka tetap berada di pihak ‘Israel’ yang terus menduduki Palestina?”
Ini bukan pertama kalinya negara-negara Barat mengambil sikap standar ganda terhadap konflik Moskow-Kiev. Awal tahun lalu, Amnesty International menerbitkan laporan yang menunjukkan kemunafikan Barat terkait isu hak asasi manusia global.
Sekretaris Jenderal organisasi tersebut, Agnes Callamard menggambarkan pendudukan wilayah Palestina sebagai hal yang sangat penting yang perlu mendapat perhatian.
“Tanpa membanding-bandingkan konflik yang terjadi, sangat jelas terlihat bahwa rakyat Palestina berada di bawah cengkraman kebijakan apartheid,” tegasnya.
Sejak akhir pekan lalu, pengguna platform X kembali membagikan klip lama yang dijuluki ‘kemunafikan’ Barat yang mengungkap pernyataan keras Anggota Parlemen Irlandia, Richard Boyd Barrett pada Maret 2022 yang mengecam standar ganda pemerintah. sikap mengenai masalah Palestina dan Ukraina.
“Anda (Barat) secara sewenang-wenang menuduh Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan, namun menolak menggunakan kekuatan bahasa yang sama ketika menggambarkan perlakuan ‘Israel’ terhadap penduduk Palestina,” kata Boyd Barrett sinis.
Minggu lalu, ia sekali lagi mengutuk kemunafikan para pemimpin Barat yang terus mendukung Ukraina, namun pada saat yang sama meremehkan perjuangan Palestina.
Faktanya, para pemimpin dan media Barat sangat tidak peduli dengan penderitaan rakyat Palestina yang ditindas dengan kejam oleh rezim Zionis selama puluhan tahun.
Mereka lebih prihatin dengan kematian warga sipil di ‘Israel’ dan mencoba mendiskreditkan perlawanan Hamas, sementara warga Palestina yang tewas dalam kampanye pemboman ‘Israel’ dianggap nyawa yang tidak berharga.
Kebangkitan bangsa Palestina yang bertekad berjuang habis-habisan kali ini akhirnya mengungkap ‘wajah sebenarnya’ Barat di mata dunia.*