Tolak Wajib Militer, Demo Yahudi Haredi di Israel Berakhir Ricuh

InfoMalangRaya.com – Aksi demo yang digelar ratusan Yahudi Haredi di depan pusat wajib militer di Yerusalem pada Rabu (21/08/2024) berakhir ricuh.
Para demonstran yang berasal dari Yahudi Haredi atau Yahudi ultra-Ortodoks bentrok dengan polisi yang berupaya membubarkan mereka dengan kekerasan.
Pada bulan lalu, militer ‘Israel’ mulai mengirimkan perintah wajib militer kepada para pria ultra-Ortodoks yang berusia 18 hingga 26 tahun setelah Mahkamah Agung pada bulan Juni memerintahkan untuk mengakhiri pengecualian yang telah berlaku selama beberapa dekade.
Wajib militer merupakan hal yang wajib bagi sebagian besar pemukim ‘Israel’ yang berusia di atas 18 tahun, dengan beberapa pengecualian, seperti bagi sebagian besar warga Arab.
Sebelum keputusan tersebut, lebih dari 60.000 pelajar agama ultra-Ortodoks yang berusia wajib militer juga secara resmi dibebaskan dari wajib militer.
Pada protes hari Rabu, para demonstran ultra-Orthodoks, banyak di antaranya yang tampaknya berusia wajib militer, bentrok dengan petugas dan juga dengan para pengunjuk rasa yang menginginkan agar militer meneruskan wajib militer untuk mengakhiri apa yang mereka anggap sebagai pembagian beban yang tidak seimbang pada saat perang dan meningkatnya ketegangan regional.
Polisi ‘Israel’ mengatakan bahwa mereka telah mengirimkan bala bantuan untuk mencoba menjaga ketertiban, dan media berita Israel melaporkan bahwa para petugas telah menutup beberapa jalan, menggunakan meriam air untuk membubarkan kerumunan massa dan memukuli beberapa pengunjuk rasa dengan pentungan.
Polisi berdalih bahwa petugas telah “dipaksa untuk bertindak dengan menggunakan berbagai cara” ketika demo terus berlanjut dan para demonstran menerobos blokade, dengan beberapa pengunjuk rasa melemparkan botol-botol air. Lima orang ditangkap, tambah pernyataan polisi.
Bentrokan ini memperlihatkan naiknya gesekan antara masyarakat sekuler ‘Israel’ dengan kelompok Yahudi Haredi.

Beberapa Yahudi Haredi ‘Israel’ tidak sepenuhnya mengakui negara Israel, menolak kedaulatan Yahudi sekuler dan wajib militer. Banyak kaum mereka memandang pentingnya pendidikan Taurat penuh waktu, dengan alasan bahwa keilmuan inilah yang menjamin kelangsungan hidup orang Yahudi selama berabad-abad.
Perpecahan di ‘Israel’ yang awalnya berpusat pada isu kesetaraan kini telah berubah menjadi perselisihan tentang keamanan.
Penjajah ‘Israel’ telah melancarkan perang selama 10 bulan dengan kelompok perlawanan Palestina di Gaza, dan pertempuran dengan kelompok militan Hizbullah Lebanon semakin meningkat.
Ketakutan akan perang regional masih membayangi di tengah kekhawatiran bahwa Hizbullah dan pendukungnya, Iran, dapat melancarkan serangan pembalasan atas pembunuhan baru-baru ini yang dikaitkan dengan ‘Israel’.
Militer ‘Israel’ berharap dapat meredakan ketegangan terkait isu wajib militer bagi kaum Yahudi Haredi – sekitar 4.800 orang akan mengikuti wajib militer tahun ini – dengan memfokuskan wamil pada para pria yang belum menikah dan berada dalam angkatan kerja, dan bukan pada para pelajar agama.
Namun minggu lalu, ratusan ultra-Ortodoks melakukan demonstrasi di luar pangkalan militer Alon. Dari 90 calon anggota militer ultra-Ortodoks yang dipanggil ke pangkalan pada hari itu, hanya 12 orang yang hadir dan menyelesaikan proses yang diperlukan untuk wamil.*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *