Zahra Benbrik Kehilangan 18 Kerabatnya saat Musibah Gempa Maroko

admin 139 Views
3 Min Read

InfoMalangRaya.com—Tim penyelamat di Maroko kemarin melipatgandakan upaya untuk menemukan korban selamat dalam gempa bumi yang menewaskan lebih dari 2.100 orang dan meratakan banyak desa.
Personil penyelamat asing pertama berangkat untuk membantu negara Afrika Utara yang dilanda gempa bumi terkuat, menyebabkan sedikitnya 2.122 orang tewas dan lebih dari 2.400 orang terluka, banyak di antaranya dalam kondisi serius.
Gempa bumi kuat berkekuatan 6,8 skala Richter Jumat lalu terjadi 72 kilometer barat daya kota wisata Marrakesh dan menghancurkan beberapa desa di Pegunungan Atlas. Gempa susulan berkekuatan 4,5 juga mengguncang wilayah yang sama kemarin.
Desa Tafeghaghte, yang terletak di kawasan pegunungan sekitar 60 kilometer dari Marrakesh, hampir hancur total dan hanya beberapa bangunan yang masih berdiri, lapor AFP. Di tengah tumpukan puing, tim penyelamat sipil Maroko dan angkatan bersenjata terus mencari korban selamat dan jenazah.
AFP melihat mereka memindahkan mayat dari bawah reruntuhan rumah. Empat korban lagi masih terkubur, kata beberapa warga.
“Semua orang meninggal! Hati saya hancur,” kata Zahra Benbrik, 62, yang kehilangan 18 kerabatnya dalam tragedi tersebut, sementara hanya jenazah saudara laki-lakinya yang masih terperangkap.
Banyak rumah di desa ini yang dibangun dari batu bata yang terbuat dari lumpur. Di Desa Amizmiz, dekat Tafeghaghte, sebuah traktor menarik puing-puing terberat sebelum petugas penyelamat menggali puing-puing untuk mengeluarkan mayat-mayat yang terkubur.
Kedua desa tersebut terletak di Provinsi Al-Haouz yang merupakan lokasi episentrum gempa dimana pihak berwenang mencatat total korban jiwa sebanyak 1.351 orang.  Menurut stasiun televisi lokal, lebih dari 18.000 keluarga terkena dampak gempa di Al-Haouz.
Kementerian Pertahanan Spanyol mengatakan sebuah pesawat A400 lepas landas dari Zaragoza dengan 56 personel penyelamat dan empat anjing pelacak menuju Marrakesh untuk membantu upaya pencarian dan penyelamatan.
“Kami akan memberikan apa pun yang diperlukan karena beberapa jam pertama sangat penting terutama jika ada korban yang terjebak di bawah reruntuhan,” kata Menteri Pertahanan Margarita Robles.
Di Marrakesh, Fatema Satir tidur di trotoar selama dua malam. Ia seperti warga lainnya, khawatir rumahnya akan roboh.  “Tidak ada bantuan untuk kami. Rumah kami retak dan yang lain roboh seperti rumah anak saya. Kami kacau,” ujarnya.
Di alun-alun bersejarah Jemaa el-Fna di Marrakesh, sekitar 20 orang tidur di lantai semen bersenjatakan selimut, sementara sejumlah lainnya tinggal di area berumput dekat gedung balai kota.
Tiga Hari Berkabung
Selain Spanyol, Maroko kemarin mengumumkan hanya menerima bantuan dari tiga negara lain yakni Inggris, Qatar, dan Uni Emirat Arab.  Dalam perkembangan terkait, Palang Merah memperingatkan bahwa diperlukan waktu bertahun-tahun untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi.
“Tidak satu atau dua minggu. Butuh waktu berbulan-bulan hingga beberapa tahun,” kata Hossam Elsharkawi, Direktur Palang Merah untuk Asia Barat dan Afrika Utara.
Gempa bumi yang terjadi Jumat lalu merupakan gempa paling mematikan yang melanda Maroko sejak gempa tahun 1960 yang menghancurkan Agadir dan menewaskan lebih dari 12.000 orang.*

Share This Article
Leave a Comment