Brazil Kerahkan 1.500 Petugas untuk Memadamkan Kebakaran Hutan Amazon

InfoMalangRaya.com– Pemerintah Brazil mengerahkan hampir 1.500 petigas untuk memadamkan kebakaran yang terjadi di kawasan hutan Amazon.
Meskipun terjadi penurunan tajam aktivitas deforestasi Amazon sejak Lula da Silva menduduki kursi kepresidenan pada Januari 2023, dilaporkan terjadi 59.000 kebakaran di area hutan sejak awal tahun ini, yang tertinggi sejak 2008 menurut data satelit dari National Institute for Space Research.
Musim karhutla yang tidak biasanya datang lebih awal di Amazon ini membuat kota Porto Velho yang berpenduduk 540.000 jiwa diselimuti asap.
Pemerintah pada hari Rabu (21/8/2/24) mengumumkan bahwa pihaknya telah mengerahkan 1.489 petugas pemadam kebakaran untuk mengatasi kebakaran terbaru. Dalam sebulan terakhir.
Pada bulan lalu, lebih dari separuh kebakaran hutan di Brazil bagian utara telah dipadamkan atau dikendalikan. Namun, dengan puncak musim kebakaran yang biasa terjadi pada bulan September dan Oktober, situasinya kemungkinan bertambah parah.
Sepuluh negara bagian di Brazil terkena dampaknya. Pemerintah federal telah meminta gubernur Pará, Amapá, Roraima, Rondônia dan Acre untuk mengeluarkan dekrit larangan penggunaan api, yang sering kali digunakan oleh para petani untuk membersihkan lahan.
Sebuah perkumpulan peternak di Tucumã, Pará, mengatakan kepada The Guardian bahwa anggotanya sudah tidak lagi menggunakan metode tersebut tahun ini karena mereka khawatir dengan kondisi yang sangat kering.
Kekeringan kali ini di Lembah Sungai Amazon merupakan yang terburuk dalam setidaknya dua dekade. Pada bulan Juli, Badan Air dan Sanitasi Nasional mengumumkan situasi kelangkaan air yang kritis di sepanjang sungai Madeira dan Purus. Banyak wilayah yang mencatat curah hujan yang sangat rendah sejak tahun lalu, ketika dua sungai besar yang bertemu di Manaus, Solimões (nama yang diberikan untuk bagian hulu Amazon) dan Negro, mengalami surut yang terparah sejak pencatatan dimulai 122 tahun silam.
Dampaknya terhadap spesies nonmanusia tidak terkira. Di Danau Tefé tahun lalu, lebih dari 100 lumba-lumba sungai yang terancam punah mati di air dangkal dan kotor yang suhunya mencapai 39 derajat Celsius. Laporan dari masyarakat menunjukkan tanaman, jamur, dan serangga – yang merupakan bagian penting dari habitat hutan – juga menderita akibat kondisi kering yang tidak biasa.*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *