Cerita Mbah Midun, 12 Hari Gowes Menolak Lupa Tragedi Kanjuruhan

MALANG RAYA135 Dilihat

InfoMalangRaya – Banyak hal menarik yang ditemukan Miftahudin Romli alias Mbah Midun (52). Selama 12 hari gowes ke Jakarta, mengusung misi menolak lupa Tragedi Kanjuruhan. Usai menuntaskan misinya, pria asal Kampung Hendrik, Kelurahan Ngaglik, Kota Batu itu dijuluki sebagai Bapak Perdamaian.

Banyak basis suporter yang ditemui Midun selama melakukan aksinya. “Jujur saya tidak kenal satu persatu dengan mereka. Tapi semua terkondisikan dengan baik. Seolah-olah antar suporter sudah ada koordinasi yang baik,” ujar Midun, Senin (21/8/2023).

Total mulai dari Kota Batu hingga Jakarta, Midun sudah mengayuh sepedanya sepanjang ratusan kilometer. Terhitung lebih dari 20 stadion yang dikunjunginya. Setiap hari dia mengawali petualangan gowes, menolak lupa tragedi Kanjuruhan sekitar pukul 09.00 WIB dan mengakhiri perjalanannya pukul 22.00 WIB.

“Tidurnya dimana-mana, seperti di Gresik tidur di Mes, tidur di stadion sempat tidur di hotel juga. Semua ini berkat pertolongan suporter,” ujar Midun terharu.

Sepanjang perjalanan semua suporter menyambutnya dengan baik. Meskipun sebelumnya hubungan antar suporter kurang harmonis. Mereka tidak hanya mengawal. Di daerah tertentu, suporter juga menyempatkan memeriksa kesehatan Midun.

“Tiga kali saya diperiksa kesehatan, seperti Panser dan Viking kan punya ambulan sendiri. Saya diperiksa kesehatan disitu, Alhamdulillah sehat,” ujar Midun.

Dia bersyukur baru merasa capek ketika tiba di rumahnya. Kondisi sepeda yang dipinjami sesama teman ASN Pemkot Batu, juga dalam kondisi baik tanpa mengalami kerusakan.

“Sepedanya sempat diperiksa tiga kali, seperti kampas rem dan roda, tapi kondisinya masih sangat bagus. Cuman sekali ganti standart dari alumunium diganti besi di Gresik,” ujarnya.

Lebih lanjut, dia juga bercerita, ketika berangkat dari rumah. Kerandanya dalam keadaan kosong. Kemudian dari daerah ke daerah semakin terisi penuh. Karena setiap daerah suporter selalu memberikan bingkisan. Seperti di Brebes, dia mendapatkan satu kotak telur asin.

“Masing-masing daerah punya kesan sendiri, seperti di Karawang, banyak sekali orang yang sudah menunggu. Bahkan banyak suporter dari lain daerah. Ada salah satu suporter dari PSM ikut menyambut, memeluk saya sambil menangis. Dia mengatakan salut dan malu karena kenapa bukan dia yang melakukan ekspedisi ini, karena merasa lebih muda,” ujar Midun.

Dia menyampaikan, sepanjang perjalanannya melakukan misi tersebut, berjalan sangat lancar. Karena dikawal suporter. Hingga tidak lagi memerlukan GPS untuk menentukan arah. Meski begitu, dia harus melalui sejumlah rute berat. Seperti Alas Roban yang memiliki kontur jalan menanjak.

“Jalannya rungkad, nyurung dan ngangkat,” ujarnya.

Ekspedisinya ini memang bukan hanya menyuarakan usut tuntas Tragedi Kanjuruhan, namun juga mendamaikan suporter Indonesia, tak ayal Midun pun dijuluki Bapak Perdamaian.

“Yang mendamaikan mereka (suporter) sendiri, bukan saya. Mereka yang hebat yang mendoakan dan mendukung saya. Saya ini lho nekat ya nekat kalau semua diam, ya lupa nantinya,” ujar Midun.

Midun tiba di kediamannya pada Rabu (16/8/2023), setelah mengawali perjalan pada Kamis, (3/8/2023) lalu. Dari Jakarta dia kembali dengan menaiki pesawat. Sedangkan sepedanya dikirim via pos oleh warga Kota Batu yang tinggal di Jakarta.

“Alhamdulillah saya banyak ditolong suporter lain selama perjalanan. Sampai siapa yang membelikan tiket pesawat saya juga tidak tahu. Karena saya hanya disuruh kirim foto KTP saja,” tandanya. (Ananto Wibowo)
The post Cerita Mbah Midun, 12 Hari Gowes Menolak Lupa Tragedi Kanjuruhan appeared first on infomalangraya.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *