InfoMalangRaya.com– Operation Orion, sebuah kerja sama operasi gabungan 62 negara yang dipimpin oleh Kolombia, berhasil mengamankan ribuan ton narkoba berbagai jenis dalam kurun waktu 6 pekan.
Selama operasi tersebut aparat menemukan rute baru dan cara baru yang dipergunakan geng-geng narkoba untuk menyelundupkan barang haramnya, termasuk kendaraan laut yang disebut “narco submarine” untuk membawa kokain ke Australia.
Aparat Kolombia, bekerja sama dengan aparat dari 62 negara lain, dalam Operation Orion berhasil mencegat 6 kendaraan “semi-kapal selam” yang dipenuhi dengan kokain, menyita 1.400 ton narkoba secara keseluruhan, termasuk ganja seberat lebih dari 1.000 ton dan 225 ton kokain.
Penangkapan 225 ton kokain itu cukup signifikan, mengingat kartel narkoba sedunia setiap tahun diperkirakan memproduksi 2.700 ton kokain, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pada tahun 2022, Kolombia mencatat rekor penyitaan kokain sebanyak 671 ton.
Hasil tangkapan 225 ton kokain itu “akan mencegah ribuan kematian akibat overdosis dan kerugian sebesar $8,5 miliar bagi kartel, dan yang pasti akan menggerogoti laba organisasi-organisasi kriminal tersebut,” kata Kapten Manuel Rodríguez, direktur unit anti-narkoba Angkatan Laut Kolombia.
Lebih dari 400 orang ditangkap dalam operasi selama 45 hari itu, yang juga menghentikan pengiriman senjata ilegal dan menangkap para pelaku perdagangan migran, dan melibatkan aparat penegak hukum dan keamanan dari AS, Uni Eropa, dan Australia.
Operasi gabungan 62 negara ini juga didukung oleh sejumlah institusi akaesik seperti Royal United Services Institute, sebuah wadah pemikir di Inggris yang mempelajari bagaimana kartel-kartel Kolombia dan Meksiko menyelundupkan narkoba tanpa terendus pihak berwenang.
Negara-negara mitra mengerahkan pesawat, helikopter dan kapal fregat untuk menggagalkan sejumlah upaya pengiriman narkoba, tetapi yang paling terpenting mereka saling berbagi informasi intelijen, kata Rodríguez seperti dilansir The Guardian (27/11/2024).
Salah satu pencapaian besar dalam operasi itu adalah penyitaan terhadap enam kendaraan semi-kapal selam yang mengangkut kokain melalui rute baru untuk diselundupkan masuk ke Australia.
Kapal yang sering disebut sebagai “narco-submarine” itu dirancang sedemikian rupa sehingga sebagian besar badan kapal berada di bawah air dan sulit terlihat dari kejauhan. Ukurannya bisa mencapai 10-25 meter dan mampu membawa 10 ton kokain sekali berlayar.
Salah satu kapal narco-submarine itu dicegat dintengah laut sekitar 1.250 mil arah ke selatan dari Clipperton Island, kepulauan karang kecil milik Prancis yang tak berpenghuni di kawasan Pasifik. Kapal itu dihentikan saat bergerak menuju ke Australia dengan membawa 5 ton kokain. Lima orang di dalamnya diamankan petugas.
“Ini adalah rute baru yang mereka buka untuk kapal selam semi-submersible. Kapal itu ditemukan di perairan antah berantah, sekitar 3.000 mil [4.800 km] dari pantai Kolombia saat sedang menuju Australia dan New Zealand,” kata Rodríguez.
Pengedar narkoba Kolombia biasanya hanya berani mengirim 5-50 kg ke Australia yang disembunyikan di kapal kargo, kata perwira angkatan laut itu.
Penangkapan ini merupakan yang pertama kalinya dilakukan terhadap sebuah kapal semi-submersible yang ditemukan berlayar ke Oceania. Kapal itu berlayar dari Tumaco, kota pelabuhan di pantai Pasifik Kolombia, dan akan menempuh perjalanan sejauh 4.000 mil langsung ke Australia.
“Mereka memperbaiki desain kapal semi-submersible itu sehingga memiliki kapasitas bahan bakar ekstra,” kata Rodriguez.
Ini menunjukkan bahwa kartel narkoba menggunakan cara dan rute baru untuk mengelak dari pantauan aparat.
Permintaan narkoba jenis kokain terus naik di Australia beberapa tahun terakhir. Harganya juga tidak murah, sehingga sangat menggiurkan bagi kartel-kartel untuk mengirimkan barang haram mereka meskipun harus menyeberangi samudra.
Satu kilogram kokain dijual hingga US$240.000 di Australia – antara tiga hingga enam kali lebih tinggi dari harga rata-rata di Amerika Serikat.*