Gerald Vanenburg Pernah Tersiksa oleh Johan Cruyff

OLAHRAGA20 Dilihat

InfoMalangRaya, Indonesia – Gerald Vanenburg sudah resmi diumumkan sebagai pelatih baru timnas U-23 Indonesia pada Jumat (24/1/2025). Di samping itu, pria yang akan berulang tahun ke-61 pada 5 Maret mendatang tersebut juga akan bertindak sebagai asisten Patrick Kluivert di timnas Indonesia.

Menilik CV-nya, karier Vanenburg di sepak bola lebih kemilau sebagai pemain. Dia pernah menjadi bintang di dua klub besar Belanda, AFC Ajax dan PSV Eindhoven. Puncak prestasinya tentu saja pada 1988. Tahun itu, dia merebut treble winners bersama PSV dan juara Piala Eropa bersama timnas Belanda.

Getty Images

Akan tetapi, pada tahun itu pula Vanenburg mendapatkan pengalaman tak mengenakkan. Itu terkait sang legenda, Johan Cruyff. Bukan, bukan soal julukan Cruyff Baru, tapi kata-kata Cruyff bahwa dia tak punya kualitas kepemimpinan semasa di Ajax karena tak punya suara untuk itu. Suaranya kurang wibawa.

Butuh waktu 24 tahun, bagi Cruyff untuk mengaku salah. “Pada akhirnya, saya menyesal karena telah berlaku tak adil dan hal itu sama sekali tidak perlu dilakukan. Saya membuat masalah yang sama sekali tak perlu,” kata dia soal ucapannya tentang Gerald Vanenburg kepada Andere Tijden Sport seperti dikutip InfoMalangRaya dari FC Update.

volkskrant.nl

Kebingungan Gerald Vanenburg

Bagi Gerald Vanenburg, kata-kata Johan Cruyff itu sangat menyakitkan. Dia bingung, apa hal yang membuat legenda Belanda itu tiba-tiba saja dengan teganya berkata demikian dalam sebuah wawancara dengan media besar. Dia mengaku terpukul dan tertekan oleh pernyataan tersebut.

“Itu menggelikan. Seperti dia punya suara merdu saja. Benar-benar omong kosong! Jika punya suara bagus, saya tentunya jadi penyanyi,” ujar Vanenburg dalam wawancara dengan Voetbal International yang dipublikasi pada 2018. “Kritik itu berpengaruh besar pada beberapa hal. Itu menghantui saya selama bertahun-tahun.”

Getty Images

Dia menambahkan, “Saya sama sekali tak tahu motifnya. Saya tak akan pernah berlaku seperti itu. Memang benar, tak semua orang bisa cocok, tapi pendekatan Anda bisa positif atau negatif. Jika seseorang punya kualitas, Anda harus mengakuinya. Saya selalu coba membimbing para pemain. Saya pikir mungkin itu kekurangan Cruyff.”

Lebih jauh, Vanenburg menilai kata-kata sang legenda membuat kariernya tersendat. Padahal, saat itu, kemampuannya disebut-sebut hanya kalah dari Diego Maradona. “Andai saja Cruyff lebih baik, saya pikir saya bisa mendapatkan lebih banyak manfaat karena dia sebetulnya punya beban juga untuk membuat saya lebih baik,” ucap dia lagi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *