Ibrahim bin Adham menasehati seorang sufi, karena hatinya mati oleh sepuluh perkara; mengklaim mengenal Allah, tetapi tidak menunaikan hak-Nya
InfoMalangRaya.com | IBRAHIM BIN ADHAM rahimahulLaah amat terkenal dengan nasihat-nasihatnya yang bernas dan amat menyentuh kalbu. Pernah seorang sufi datang kepadanya dan bertanya, “Abu Ishaq, mengapa hatiku seperti terhijab dari Allah ‘Azza wa Jalla?”
Ibrahim bin Adham menjawab, “Karena hatimu mencintai apa yang Allah benci. Kamu lebih mencintai dunia dan kehidupan yang penuh tipuan, senda-gurau dan permainan (daripada kehidupan akhirat).” (Lihat: Abu Bakr al-Khathib al-Baghdadi, Taariikh Baghdaad, 6/47).
Suatu saat Ibrahim bin Adham berjalan melewati sebuah pasar di Bashrah, Iraq. Tiba-tiba ia dikelilingi oleh banyak orang.
Ia ditanya oleh mereka tentang firman Allah SWT (yang artinya): “Berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku akan mengabulkan doa kalian.” (QS: Ghafir [40]: 60).
Mereka mengatakan, “Kami telah berdoa kepada Allah, namun mengapa belum juga dikabulkan?”
Lalu Ibrahim bin Adham menjawab, “Karena hati kalian telah mati oleh sepuluh perkara: (1) Kalian mengklaim mengenal Allah, tetapi tidak menunaikan hak-hak-Nya; (2) Kalian membaca Kitab-Nya, tetapi tidak mengamalkan isinya; (3) Kalian mengaku memusuhi setan, tetapi mengikuti ajakannya; (4) Kalian mengaku mencintai Rasulullah ﷺ, tetapi meninggalkan sunnah-sunnahnya; (5) Kalian mengklaim merindukan surga, tetapi tidak melakukan amalan-amalan penduduk surga; (6) Kalian mengaku takut neraka, tetapi justru banyak melakukan perbuatan penduduk neraka; (7) Kalian mengatakan kematian itu pasti, tetapi tidak menyiapkan bekal untuk menghadapi kematian itu; (8) Kalian sibuk mencari aib orang lain, sedangkan aib kalian sendiri tidak kalian perhatikan; (9) Kalian makan dari rezeki Allah, tetapi tidak pernah bersyukur kepada-Nya; (10) Kalian sering menguburkan orang mati, tetapi tidak pernah mengambil pelajaran dari kematian mereka.”
Mendengar nasihat itu, orang-orang itu pun menangis (Lihat: Ibnu Rajab, Jaami’ Bayaan al-‘Ilmi wa Fadhlihi, 12/2).
Ibrahim bin Adham juga pernah berkata, “Ada tiga perkara yang paling mulia di akhir zaman: (1) teman dekat di jalan Allah; (2) mengusahakan harta yang halal; (3) menyatakan kebenaran di hadapan penguasa.” (Lihat: Abu al-Hajjaj al-Mizzi, Tahdziib al-Kamaal, 2/35).
Ibrahim bin Adham pun pernah mengingatkan, “Amal terberat di dalam timbangan amal di akhirat adalah yang paling memberatkan badan (dilakukan dengan susah-payah).” (Lihat: Al-Asbahani, Hilyah al-Awliyaa’ wa Thabaqaat al-Ashfiyaa’, 8/16). Semoga kita bisa mengamalkan nasihat-nasihat di atas.*/ Arief B. Iskandar, Ma’had Wakaf Darun Nahdhah al-Islamiyah Bogor.