InfoMalangRaya.com– Kepolisian Tokyo pada hari Kamis (13/6/2024) melimpahkan ke kejaksaan berkas kasus seorang bekas diplomat Singapura, yang dituduh mengambil gambar seorang anak lelaki telanjang di sebuah pemandian umum di ibu kota Jepang itu pada bulan Februari.
Diplomat berusia 55 tahun itu kemungkinan akan dikenai dakwaan voyeurisme dan pelanggaran privasi dalam waktu dekat. Pejabat diplomatik Singapura itu sudah memberikan pengakuan bahwa dirinya mengambil gambar 20-30 anak lelaki tersebut.
Pejabat Singapura itu ketahuan menggunakan ponsel pintarnya untuk secara diam-diam memotret seorang anak laki-laki telanjang di ruang ganti pemandian umum “sento” di daerah Minato, Tokyo, pada 27 Februari.
Kamera pengawas di pemandian umum itu menangkap gerak-gerik diplomat Singapura itu mengarahkan ponselnya ke seorang pengunjung laki-laki lain.
Petugas yang memeriksa ponsel diplomat itu menemukan banyak foto lelaki telanjang yang tampaknya diambil di dalam ruang ganti.
Ketika wali anak tersebut meminta agar foto-foto tersebut dihapus, diplomat tersebut langsung menurutinya saat diperiksa di lokasi sento.
Diplomat itu juga menceritakan kepada petugas bahwa ia pernah mengambil foto serupa di pemandian umum lainnya. Dia kemudian menghapus sekitar 700 gambar yang diambilnya secara diam-diam selama enam bulan atau lebih, kata sumber kepolisian.
Dia mengatakan kepada petugas, “Saya tidak tahu mengapa saya melakukan ini” dan “Saya menyesalinya,” kata sumber kepolisian.
Dia mengakui perbuatannya ketika dia diinterogasi oleh polisi di fasilitas umum itu, tetapi dia menolak untuk mengikuti petugas ke kantor polisi, dan memilih meninggalkan tempat kejadian dengan alasan dia memiliki kekebalan diplomatik.
Polisi tidak dapat menindaklanjuti kasusnya karena dia menggunakan kartu kekebalan diplomatik.
Pria tersebut menyelesaikan tugasnya sebagai diplomat di Kedutaan Singapura di Tokyo pada 12 April dan kembali ke Singapura.
Kepolisian Tokyo kemudian meminta bantuan pihak Singapura untuk membawa kembali orang itu ke Jepang untuk keperluan penyelidikan.
Memenuhi permintaan Departemen Kepolisian Metropolitan, tersangka kembali ke Jepang pada 9 Juni untuk diperiksa. Dia mengatakan bersedia kembali ke Tokyo karena merasa menyesal dan atas kemauannya sendiri, lapor Asahi Shimbun.*