Momentum Hari Raya dan Pertumbuhan Ekonomi

NASIONAL197 Dilihat

InfoMalangRaya –

Momentum Hari Raya dan Pertumbuhan Ekonomi

Lonjakan penumpang angkutan mudik diperkirakan terjadi di semua moda transportasi pada H-7 dan H+7 Lebaran 2023.

Perkembangan situasi perekonomian global kini masih tak menentu. Perang Ukraina-Rusia yang belum berujung hingga kini menjadi salah satu pemicunya.

Meski perekonomian dunia masih diselimuti awan gelap, bangsa Indonesia harus patut bersyukur. Pasalnya, ekonomi negara ini diramal masih moncer di 2023 lantaran ada sederet katalis positif.

Kinerja sektor riil seperti sektor industri manufaktur masih terus menderu. Begitu pun sektor lain, seperti sektor jasa keuangan, transportasi, dan pariwisata yang masih menunjukkan kinerja mumpuni.

Namun dari sejumlah parameter di atas, momentum Ramadan dan Perayaan Idulfitri 1444 Hijriah diyakini menjadi stimulan naiknya konsumsi masyarakat yang substantif, memacu pertumbuhan ekonomi, dan ujungnya jadi penopang produk domestik bruto (PDB).

Libur Lebaran 2023 diyakini, menjadi peristiwa berbeda dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, seiring dengan tingginya animo masyarakat untuk pulang kampung pascapencabutan larangan mudik dengan alasan kesehatan.

Soal libur Lebaran 2023, pemerintah memang telah menyepakati dan menetapkan perubahan hari libur nasional dan cuti bersama 2023 sesuai dengan Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Agama (Menag), Menteri Ketenagakerjaan (Menaker), Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menteri PANRB) nomor 327 tahun 2023, nomor 1 tahun 2023, nomor 1 tahun 2023.

Melalui SKB tersebut, cuti bersama Idulfitri 1444 Hijriah/2023 Masehi yang semula empat hari, yakni pada 21, 24, 25, dan 26 April 2023 diubah dan ditambah satu hari menjadi 19, 20, 21, 24, dan 25 April 2023.

Kebijakan pemerintah soal libur bersama Lebaran itu tentu disambut gembira masyarakat. Artinya, dari libur bersama saja, hitung-hitungannya, mereka mendapatkan jatah libur selama seminggu di kampung halaman. Jatah libur yang cukup untuk silaturahmi.

Mereka juga bisa menambahnya menjadi libur selama dua minggu pascalebaran atau sebelum cuti bersama. Dalam konteks mudik Lebaran 2023, fenomena itu tentu sangat terasa bagi warga masyarakat, terutama warga kota-kota besar, seperti Ibu Kota Jakarta.

Warga kota akan bersiap-siap meninggalkan ibu kota untuk menjalin tali silaturahmi dengan mengunjungi sanak famili di kampung. Fenomena mudik itu juga terjadi di kota-kota besar lain di pelosok tanah air. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi meyakini, lonjakan penumpang angkutan mudik akan terjadi untuk semua moda transportasi darat, udara, dan laut serta kereta api, pada H-7 (jelang) dan H+7 (pasca) Idulfitri 1444 H pada 22—23 April 2023.

Berdasarkan survei Badan Kebijakan Transportasi Kemenhub, potensi pergerakan nasional pada masa Lebaran 2023 mencapai 45,8 persen atau 123,8 juta orang dengan pergerakan asal perjalanan terbanyak di Pulau Jawa sebanyak 62,5 persen atau 77,3 juta orang.

Dalam rangka menyambut antusiasme publik terhadap libur Lebaran kali ini, Bank Indonesia pun berencana menyiapkan uang tunai lebih banyak dari biasanya sebesar Rp195 triliun atau 8,22 persen lebih banyak dari realisasi liburan periode yang sama tahun lalu. Penyediaan uang tunai ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menyambut bulan Ramadan dan Idulfitri, mulai 27 Maret sampai 20 April 2023.

Selain itu, bank sentral juga memperhitungkan perputaran uang di tanah air akan bertambah sekitar Rp243 triliun pada Lebaran 2023 atau meningkat dari tahun sebelumnya yang tercatat Rp221 triliun.

Berpijak dari potret di atas, tak ayal pemangku kebijakan pun optimistis ekonomi bangsa ini masih dapat melaju di angka 5 persen pada tahun ini. Memang, proyeksi itu masih berada di bawah Asumsi Dasar Ekonomi Makro 2023 yang sebesar 5,3 persen.

Namun, angka 5 persen adalah capaian positif di tengah beratnya tekanan dari global seperti krisis perbankan, inflasi pangan dan energi, hingga dampak kenaikan suku bunga oleh bank sentral di Amerika Serikat (AS), Eropa, dan Inggris. Terlepas dari semua itu, momentum Ramadan dan Idulfitri diharapkan bakal memutar roda pertumbuhan ekonomi untuk lari lebih kencang lagi.

Dalam rangka mengingatkan terhadap kebutuhan pekerja itu, Selasa (28/3/2023), Kementerian Ketenagakerjaan pun telah mengumumkan kebijakan perihal THR yang harus dibayar penuh kepada pekerja, paling lambat tujuh hari sebelum hari raya keagamaan. Wajar saja, sejumlah katalis positif itu menguatkan pijakan pemerintah untuk membawa ekonomi melompat lebih tinggi, terutama pada tahun tahun mendatang.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa, dalam Evaluasi Paruh Waktu Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020—2024, mengatakan bawa pemerintah akan berusaha untuk mendorong laju ekonomi hingga 6 persen. “Dalam skenario yang disusun oleh Bappenas, pertumbuhan ekonomi Indonesia harus mencapai 6 persen,” katanya, Selasa (28/3/2023).

 

Penulis: Firman Hidranto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari


Source link

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *