Infomalangraya –
IMR, Blitar : Blitar merupakan salah satu wilayah di Jawa Timur yang memiliki sejarah penyebaran agama Islam sangat pesat pada jaman dahulu kala. Hal itu dikuatkan dengan adanya tempat ibadah Musala, Langgar atau Masjid yang masih berdiri secara kokoh dan sudah berusia ratusan tahun di wilayah Kota maupun Kabupaten Blitar.Di daerah Blitar utara, berdiri sebuah Musala yang diyakini menjadi salah satu dakwah Islam atau penyebaran agama Islam pada tahun 1.800 an. Musala itu bernama Musala Attaqwa yang berada di Dusun Darungan, Desa Jiwut, Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar. Konon katanya, Musala Attaqwa ini merupakan tempat ibadah umat muslim yang dulunya didirikan sebagai pos atau kamp bagi pengikut atau laskar Pangeran Diponegoro di wilayah Blitar. Hal itu disampaikan oleh marbot atau pengelola Musala Attaqwa Syaiful Rizal (67). Sesuai informasi atau cerita tutur yang dia terima secara turun temurun, Musala Attaqwa ini berdiri sebelum Perang Diponegoro atau diperkirakan berdiri pada tahun 1.820 an, dimana Perang Diponegoro terjadi pada 1825-1830.”Sesuai informasi yang saya terima, cerita tutur dan informasi secara turun temurun. Musala ini berdiri sebelum Perang Diponegoro perkiraan tahun 1.820 an,” ujarnya, Senin (1/4/2024).Musala Attaqwa ini informasinya didirikan saat periode Mbah Canggah dari Syaiful Rizal dan kini dirinya lah yang menjadi pengurus atau pengelola tempat ibadah itu. Syaiful menceritakan bahwa dirinya merupakan generasi kelima dari pendiri Musala Attaqwa dan lokasi pembangunan Musala ini juga berada di tanah milik kakek buyutnya.Sesuai cerita tutur yang dia terima dan dia ketahui, Musala Attaqwa ini sudah berdiri secara turun temurun. Mulai dari kakeknya, dan selanjutnya ke orang tuanya dan kini turun ke Syaiful Rizal. Namun, sebelum dikelola oleh kakeknya, Musala Attaqwa ini sudah dikelola oleh dua generasi diatasnya.Mereka bernama, Mbah Haji Usaman dan Mbah Matraji”Sebelum kakek saya, Musala ini sudah dikelola oleh dua generasi diatasnya. Jadi urutannya dari Mbah Haji Usman ke Mbah Matraji lalu ke Mbah Haji Kadir, ini kakek saya, baru ke generasi orang tua saya Pak Tafsir, tapi yang dari sini jalur dari ibu saya, Hajah Syafaatun,” ceritanya.Lokasi Musala Attaqwa ini berada cukup jauh dari jalan besar dan harus memasuki jalan kampung. Di sekitar Musala juga ditutupi pohon-pohon yang masih cukup rimbun dan di bagian depan gang masuk akan terlihat plakat berwarna hijau dengan tulisan Musala Attaqwa. Dari jalur alternatif Kota Blitar-Kediri lewat Candi Penataran, lokasi Musala masuk ke dalam perkampungan sejauh lebih kurang 3 kilometer.Musala Attaqwa juga dikatakan sebagai salah satu tempat ibadah pada jaman dulu yang menjadi pos atau kamp bagi pengikut atau Laskar Diponegoro. Pasalnya, salah satu Musala yang disinyalir juga menjadi pos pengikut atau Laskar Diponegoro, adalah di bagian depan musala terdapat pohon sawo.Ciri khas ini, juga terlihat di Langgar Annur yang berada di Kelurahan Plosokerep Kecamatan Sananwetan Kota Blitar yang juga merupakan peninggalan pengikut Laskar Diponegoro. Selain itu, lokasi Musala Attaqwa ini juga dibilang terpencil dan cocok untuk bersembunyi.”Cirinya itu salah satunya ada pohon sawo, dan sampai saat ini masih berdiri kokoh di depan Musala itu,” kata Syaiful.Meski sudah berusia ratusan tahun, bangunan Musala Attaqwa masih berdiri kuat dan kokoh. Menurut Syaiful Rizal, bangunan Musala berupa tembok dengan atap gaya limasan, lalu pada bagian atapnya mulai dari genteng kayu reng dan kayu usuk masih asli sejak berdiri belum pernah diganti. Ukuran gentengnya juga kecil kecil dengan model yang kunoLalu pada bagian depan, bangunan Musala Attaqwa nampak seperti rumah kuno dengan teras minimalis gaya pelana persis di tangga masuk dan posisi bangunan Musala lebih tinggi dari tanah. Pada bagian pintu masuk Musala juga dibuat lebih pendek, tujuannya agar ketika jamaah masuk Musala harus menundukkan kepala. Ketika sudah berada di dalam Musala, pada bagian dalam juga tidak terlihat adanya ornamen kaligrafi atau ukiran. Nampak, ada ruangan khusus imam shalat, dan disamping kanan kiri juga terdapat ruang seperti kamar. Bagian lantai Musala awalnya masih berupa plesteran semen dan sekarang sudah direnovasi tahun menggunakan bahan dari keramik.Model bangunan Musala Attaqwa di Desa Jiwut Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar ini juga memiliki filosofi atau arti yang mendalam. Mulai dari posisi lantai Musala dibuat lebih tinggi dari tanah yang berarti agar lebih dekat dengan Allah saat beribadah.Kemudian, bagian pintu masuk dibuat lebih pendek agar orang yang masuk ke musala menundukkan kepala sebagai bentuk hormat masuk di tempat suci.”Secara keseluruhan memang masih asli semua. Bangunan Musala ini juga punya arti atau filosofi mendalam. Seperti pintu masuk dibuat pendek, supaya orang yang masuk bisa menundukkan kepala sebagai bentuk hormat masuk ke tempat suci. Serta posisi lantai Musala dibuat tinggi dengan tujuan jamaah bisa lebih dekat dengan Allah saat beribadah,” terangnya.Sampai dengan saat ini, Musala Attaqwa yang lokasinya terpencil dan berusia tua ini masih berfungsi sebagaimana mestinya. Mulai dari shalat jamaah, khataman Alquran, dan saat bulan Ramadan seperti sekarang, Musala Attaqwa juga digunakan untuk shalat tarawih.Dulunya Musala Attaqwa ini juga difungsikan untuk tempat pendidikan, namun untuk saat ini sudah tidak lagi. Kala itu, atau saat periode Kakek Syaiful, Musala Attaqwa ini dijadikan sebagai tempat pendidikan dan santrinya beras dari luar desa, seperti Jiwut, Patuk, Nglegok, Trenceng, yang ngaji di sini dan lain lain.”Dulu memang saat periode Mbah saya, Musala ini ramai santri dan dijadikan sebagai tempat pendidikan. Tapi kalau sekarang sudah tidak lagi,” tuturnya.Musala ini awalnya tidak memiliki nama yang paten, lalu pada jaman orde baru diberikan nama Attaqwa. Karena pada saat itu sedang ada pendataan tempat ibadah di wilayah Kabupaten Blitar.
![Musala Attaqwa, Salah Satu Musala Tertua di Blitar 1 9a5k4m0ds69uma0](https://i0.wp.com/infomalangraya.com/wp-content/uploads/2024/04/9a5k4m0ds69uma0.jpeg?resize=360%2C270&ssl=1)
Leave a comment
Leave a comment