Nasib para transpuan di Pondok Pesantren Waria Al-Fatah Yogyakarta sepeninggal Shinta Ratri – ‘Kami belum tahu mau ke mana nanti’

NASIONAL258 Dilihat
Infomalangraya.com –
waria di yogyakarta

Sumber gambar, BBC Indonesia

Keterangan gambar,

Beberapa transpuan mengenakan mukena saat salat, sementara lainnya dengan sarung. “Itu pilihan masing-masing,” kata Rini Kaleng.

  • Penulis, Silvano Hajid & Trisha Husada
  • Peranan, BBC News Indonesia

Sepeninggal aktivis sekaligus pemimpin Pondok Pesantren Al-Fatah di Yogyakarta, Shinta Ratri, komunitas transpuan di Yogyakarta terancam tak punya tempat untuk berkumpul dan belajar mengaji.

Rini Kaleng berhenti sejenak di samping sebuah toko kain di Jalan Urip Sumoharjo, Yogyakarta. Baju terusan hitamnya yang sudah lusuh dan wig sebahu yang dikenakannya sejak pagi basah oleh keringat.

Rini baru saja selesai mengamen, keluar masuk deretan toko yang ada di area itu. Ia menghitung hasil kerjanya sore ini, sekitar Rp20.000-an. Tak banyak tapi, “Cukup untuk transport,” kata transpuan berusia 53 tahun ini.

Saban hari, mulai jam 09.00 pagi hingga pukul 15.00 sore, toko-toko di jalanan ini menjadi tempat Rini mengais rejeki, berbekal pengeras suara yang ditenteng dan suara seadanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *