Negara Sibuk Perang Kaum Hawa Ukraina Minta Masa Penugasan Tentara Dipersingkat

InfoMalangRaya.com– Kaum Hawa dari keluarga para prajurit Ukraina menuntut masa penugasan yang lebih singkat dan rotasi yang lebih banyak bagi serdadu di garis depan, sementara negara masih sibuk menghadapi gempuran dari tentara Rusia.
Tuntutan itu disuarakan perempuan Ukraina sementara wakil rakyat di parlemen berusaha meloloskan RUU yang akan mempidanakan mereka yang mangkir dari wajib militer dan mengakhiri pengecualian dinas militer bagi warga Ukraina penyandang disabilitas ringan.
Pemerintah Ukraina juga bermaksud menurunkan usia wajib militer dari 27 tahun menjadi 25 tahun, guna menambah jumlah personel angkatan bersenjatanya.
Syarat dan ketentuan wajib militer, yang saat ini tidak ada batasan waktunya, menjadi isu besar yang mengganjal.
Awal pekan ini, kaum wanita berunjuk rasa di Kyiv guna memprotes usulan keharusan peserta wajib militer untuk menjalani masa tugas selama 36 bulan berturut-turut sebelum mereka diperbolehkan keluar.
Para pengunjuk rasa meminta parlemen untuk menurunkan batas waktu itu menjadi 18 bulan, terutama bagi mereka yang ditugaskan di garis depan.
“Saya memiliki seorang putra. Dia berusia 3 tahun. Pada sebagian besar usianya, ayahnya tidak hadir. Dan ini berdampak bruk bagi dirinya,” kata Taiisia, istri dari seorang prajurit Ukraina yang secara sukarela mendaftarkan diri untuk ikut berperang pada bulan Maret 2022, kepada Euronews.
“Protes ini bukan tentang menghentikan peperangan,” tegasnya. “Ini tentang fakta bahwa para pria memenuhi kewajiban mereka sebagai warga negara. Seperti halnya orang lain warga negara ini, mereka tidak hanya memiliki kewajiban tetapi juga memiliki hak,” imbuhnya seperti dikutiip Euronews Rabu (7/2/2024).
Seperti halnya banyak keluarga Ukraina, para pengunjuk rasa berkeyakinan masa tugas yang lebih singkat sangat penting untuk menaikkan moral di kalangan prajurit dan membantu negara meraih kemenangan.
Seorang nenek bernama Nina mengatakan cucunya bertugas di garis depan Ukraina sejak awal peperangan.
“Mereka sudah bertempur sejak hari pertama, tidak ada pengganti mereka dan banyak di antara mereka yang sudah mati. Mereka kelelahan,” katanya kepada Euronews.
“Kita membutuhkan kejelasan masa dinas, mobilisasi dan masa penugasan yang lebih singkat. Akan ada lebih banyak orang yang bersedia masuk ketentaraan. Mereka akan mengetahui kapan bisa pulang ke rumah dan tidak harus bertugas sampai perang berakhir, ketika mereka yang masih memiliki nyawa yang bisa pulang ke rumah.”
“Suami saya sudah bertugas di medan tempur selama 2 tahun. Selama itu dia hanya mendapatkan cuti 30 hari,” kata Antonina Danylevich kepada Euronews.

Dakwah Media BCA – Green

Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal InfoMalangRaya (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/

“Suami-suami kami harus digantikan dengan pria lain, mereka harus mendapatkan waktu untuk beristirahat. Dan setelah itu, jika mereka ingin kembali [ke medan tempur], silahkan. Kami ingin perjuangan terus berlanjut sampai kita memperoleh kembali perbatasan 1991,” kata Danylevich.
Presoden Ukrainia Volodymyr Zelenskyy pada bulan Desember 2023 mengumumkan bahwa komandan-komandan angkatan bersenjata membutuhkan 500.000 orang guna memperkuat pasukan dan akan memberikan masa istirahat bagi mereka yang sudah bertugas di garis depan selama 2 tahun.
Diperkirakan masih akan dilakukan sejumlah perubahan pada rancangan undang-undang yang diajuka  ke parlemen dalam beberapa pekan ke depan.*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *