InfoMalangRaya.com—Organisasi Kerjasama Islam (OKI) hari Rabu mengadakan pertemuan darurat di Jeddah untuk membahas perkembangan terbaru di Sudan, ketika pertempuran militer meningkat hingga kematian dan melukai sejumlah warga sipil.
Selama pertemuan itu, organisasi itu menegaskan perlunya menyelesaikan konflik secara damai, menyerukan persatuan di Sudan dan menegaskan kembali dukungan bagi rakyatnya, Saudi Press Agency (SPA) melaporkan.
Sekretaris Jenderal OKI Hissein Brahim Taha dalam pidatonya pada pembukaan pertemuan menekankan bahwa organisasi akan menerapkan rekomendasi negara-negara anggota, termasuk kemungkinan mengirim delegasi profil tinggi ke Sudan dengan Arab Saudi bertindak sebagai koordinator dan ketua selama KTT Islam dan Komite Eksekutif OKI.
Taha menyatakan penyesalannya atas bentrokan berdarah di Sudan dan berharap para pihak akan menandatangani perjanjian akhir dan membentuk pemerintahan sementara. Dia juga menyesalkan pelanggaran gencatan senjata untuk memindahkan misi diplomatik dan korban yang terluka.
Anadolu Agency melaporkan bahwa OKI berencana mengirim delegasi tingkat tinggi ke Sudan untuk membahas situasi di negara itu. OKI akan terus mengikuti perkembangan terakhir di Sudan “untuk mendapatkan perdamaian guna mencapai aspirasi rakyat Sudan,” menurut laporan itu.
Gencatan Senjata
Sementara itu Angkatan bersenjata Sudan setuju untuk menerapkan gencatan senjata tujuh hari – yang diusulkan oleh Otoritas Antarpemerintah untuk Pembangunan (IGAD) di Afrika Timur – dari 4 hingga 11 Mei, lapor Sputnik, mengutip pernyataan militer pada hari Rabu.
“Militer menyatakan persetujuan dengan proposal (IGAD), berdasarkan prinsip solusi Afrika untuk masalah benua itu serta dengan mempertimbangkan aspek kemanusiaan,” kata militer dalam sebuah pernyataan.
Militer Sudan juga mempertimbangkan inisiatif gencatan senjata AS-Saudi, menurut pernyataan itu. “Kami berharap pemberontak (Pasukan Dukungan Cepat) akan menghormati gencatan senjata yang diusulkan,” menurut pernyataan itu.
Pada hari Selasa, Kementerian Luar Negeri Sudan Selatan memberi tahu para pemimpin angkatan bersenjata Sudan dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) menyetujui gencatan senjata dari 4-11 Mei.
Menurut pernyataan itu, panglima militer Sudan Jenderal Abdul Fatah Al Burhan dan pemimpin RSF Mohamed Hamdan Dagalo sepakat untuk menunjuk perwakilan mereka untuk memulai negosiasi.
Namun, Yusuf Izzat, penasihat pemimpin RSF Mohamed Hamdan Dagalo, mengatakan pada hari Selasa bahwa RSF tidak menyetujui gencatan senjata, tetapi menekankan bahwa RSF tidak mengesampingkan langkah-langkah tersebut dan menyambut semua inisiatif yang bertujuan untuk menyelesaikan konflik internal di Sudan.
Pada 15 April, bentrokan kekerasan pecah antara pasukan tentara Sudan dan RSF di Khartoum dan daerah sekitarnya.*