InfoMalangRaya.com—Eekad, sebuah platform intelijen sumber terbuka pertama di wilayah Arab, berhasil memantau saluran-saluran konten mengerikan kejam para pemukim haram ‘‘Israel’’ yang berisi rekaman video dan gambar warga ilegal di tanah pendudukan sedang menganiaya tubuh penduduk Palestina yang tak bernyawa.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal InfoMalangRaya (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Saluran Telegram ‘Israel’ yang dikelola pemukim haram ini banyak membagikan konten meresahkan yang menunjukkan warga Palestina, termasuk mereka yang dibunuh oleh tentara Zionis, dianiaya, ungkap unit investigasi Arab Eekad hari Sabtu dikutip Doha News.
Dalam penyelidikan baru, platform regional tersebut mengungkap saluran-saluran yang dijalankan oleh pemukim ‘Israel’ dan “warga sipil dari berbagai latar belakang” yang telah “menyebarkan konten kekerasan, sadis, dan kriminal.”
Konten tersebut menghasut kekerasan terhadap anak-anak dan perempuan Palestina pada saat eskalasi meningkat di wilayah tersebut menyusul aksi pemboman dan saha genosida warga Gaza yang dilakukan penjajah.
Saluran tersebut juga menerbitkan video yang menurut Eekad telah “memberikan bukti tak terbantahkan mengenai tindakan mengerikan yang melibatkan mutilasi mayat.”
“Saluran-saluran ini secara terang-terangan menunjukkan pengabaian terhadap prinsip-prinsip dasar martabat manusia, secara aktif mendukung penganiayaan dan ejekan terhadap orang-orang Palestina yang meninggal, luka-luka mereka, atau jenazah mereka,” kata Eekad dalam sebuah thread di X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter.
Eekad menelusuri beberapa saluran tersebut hingga tanggal 7 Oktober 2023, ketika penjajah ‘Israel’ secara resmi melancarkan perang mematikan di Jalur Gaza yang terkepung, meskipun saluran lainnya telah ada selama lebih dari setahun.
Saluran tersebut memiliki lebih dari 80.000 pelanggan penduduk ‘Israel’, yang sebagian besar adalah warga berbahasa Ibrani yang menerbitkan konten ekstremis.
“Di dalam grup Telegram, orang ‘Israel’ menggunakan gambar para pemimpin yang sebelumnya menganut kelompok ekstremis ini, menunjukkan bahwa para administratornya bersimpati dengan gerakan ekstremis dan pedofil atau memiliki afiliasi langsung dengan mereka dan para rabbi masing-masing,” jelas Eekad.
Pelecehan Warga Palestina Meninggal hingga Jurnalis
Eekad, juga berhasil memantau saluran-saluran tersebut dengan memasukkan dirinya ke dalam pengikut mereka dan memeriksa konten mereka. Beberapa di antaranya memiliki judul yang memprihatinkan, yaitu “Matilah Orang Arab” dan “Teroris_sedang_sekarat”.
Konten yang mengerikan tersebut termasuk rekaman video dan gambar warga ilegal ‘Israel’ yang menganiaya tubuh warga Palestina yang tak bernyawa saat merayakan pembantaian yang sedang berlangsung yang dilakukan oleh pasukan penjajah Zionis, IOF.
Salah satu klip yang meresahkan menunjukkan seorang ‘Israel’ menyerang tubuh seorang warga Palestina yang meninggal dengan kain pel sambil mengucapkan apa yang digambarkan Eekad sebagai “pernyataan keji dan ofensif” yang dianggap terlalu eksplisit untuk dibagikan dalam penyelidikannya.
Akun lain yang serupa menunjukkan gambar warga Palestina yang dibunuh dengan permintaan “agar mereka dipotong-potong dan disamakan dengan potongan pastrami” sementara akun lain mengganti gambar anak-anak Palestina yang mati dengan babi.
“Tantangan untuk menemukan babi telah dimulai. Siapa yang bisa menghitung jumlah babi yang ditangkap di foto?” kata salah satu akun.
Anak-anak juga termasuk di antara ratusan korban yang menjadi sasaran IOF dalam pembantaian pekan lalu di Rumah Sakit Baptis Al-Ahli Arabi di Gaza, di mana ‘Israel’ membunuh sedikitnya 500 warga Palestina yang mencari perawatan dan perlindungan di fasilitas yang dikelola Kristen.
Pemukim ‘Israel’ terlihat merayakan tragedi tersebut di saluran Telegram dan “meminta kantong sampah untuk mengumpulkan jenazah dan sisa-sisa” warga Palestina.
Salah satu gambar bahkan menunjukkan darah warga Palestina yang terbunuh dan terluka di rumah sakit dengan tulisan yang mengerikan: “Seseorang di sini bersiap-siap untuk kehilangan keperawanannya, dan pakaian mereka sudah robek.”
Melampaui Kejahatan ‘Israel’ di Palestina
Akun-akun tersebut juga merayakan penargetan kru pers pada 13 Oktober di perbatasan Lebanon yang menewaskan videografer Reuters Issam Abdallah dan melukai dua jurnalis Al Jazeera serta staf dari media lain.
Salah satu gambar jurnalis Reuters yang terbunuh yang dibagikan di salah satu saluran Telegram menunjukkan tubuh tak bernyawa Abdallah berlumuran darah, dan seorang pemukim “dengan sinis mengatakan” dia “memakai riasan berlebihan”, kata Eekad.
Foto lain menunjukkan jasad Abdallah di lokasi penyerangan, dengan tulisan: “Babi Lebanon dipanggang dalam oven.”
‘Israel’ berusaha untuk mengalihkan kesalahan atas serangan lintas batas di selatan Lebanon meskipun banyak bukti dan kesaksian saksi yang menunjukkan bahwa IOF adalah satu-satunya pelaku.
Al Jazeera mengkonfirmasi dalam sebuah pernyataan tak lama setelah serangan itu bahwa IOF menembakkan “sebuah peluru kendali” ke awaknya dalam upaya lain “untuk membungkam media”.
Misinformasi ‘Israel’ dan AS
Temuan Eekad tidak mewakili satu kasus saja, namun lebih merupakan ideologi kolonial Zionis yang berupaya mendirikan ‘negara Yahudi’ di Palestina yang bersejarah. Didirikan oleh Yahudi Austria Theodor Herzl, Zionisme mendukung eksodus massal warga Palestina dan pembersihan etnis penduduk asli.
Upaya-upaya tersebut telah berkembang di dunia modern, termasuk penyebaran informasi yang salah alias hoaks dan penggunaan platform media sosial sebagai alat untuk sepenuhnya menghapus narasi perjuangan kemerdekaan Palestina.
Beberapa contoh terbaru termasuk tuduhan media ‘Israel’ dan Barat atas pejuang Hamas yang “memenggal kepala bayi-bayi ‘Israel’”. Klaim tak berdasar ini bahkan disebarkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden, yang mengaku telah melihat “gambar yang dikonfirmasi menunjukkan teroris memenggal kepala anak-anak”.
Keesokan harinya, juru bicara Gedung Putih mengklarifikasi kepada The Washington Post bahwa pernyataan Presiden Biden terutama didasarkan pada laporan ‘Israel’ dan klaim diplomat ‘Israel’.
Amnesty mendesak Biden untuk menghentikan dukungan AS terhadap agresi mematikan ‘Israel’ di Gaza Baru-baru ini, ‘Israel’ berusaha melarikan diri dari tanggung jawab atas pembantaian di rumah sakit minggu lalu.
Segera setelah pemboman rumah sakit, pejabat media sosial ‘Israel’ Hananya Naftali memposting bahwa rumah sakit tersebut diserang karena pangkalan Hamas berada di daerah tersebut. Namun, postingan tersebut dihapus dalam beberapa jam – sebuah fakta yang disoroti oleh utusan Palestina untuk PBB.
“Dia pembohong. Juru bicaranya dan juru bicara digitalnya men-tweet bahwa ‘Israel’ melakukan serangan tersebut karena mengira ada sekitar rumah sakit ini, yang merupakan markas Hamas dan kemudian dia menghapus tweet itu. Kami memiliki salinan tweet itu,” kata Riyad Mansour pekan lalu, merujuk pada Netanyahu.
‘Israel’ kemudian mengklaim serangan itu disebabkan oleh roket yang ditembakkan oleh Hamas, dan kemudian oleh Jihad Islam Palestina (PIJ). Kelompok PIJ menolak tuduhan tersebut, dan menyebut “musuh Zionis” karena “berusaha keras untuk menghindari tanggung jawabnya.”
Pemerintah penjajah juga berusaha menyebarkan video yang mereka klaim menunjukkan kejadian tersebut namun dengan cepat menghadapi rentetan investigasi yang mengungkap tuduhan tersebut sebagai tuduhan palsu. Video tersebut kemudian dihapus dari postingan media sosial resmi ‘Israel’.
Sementara itu, Pusat Pengembangan Media Sosial Arab (7amleh) mendokumentasikan lebih dari 19.000 kasus ujaran kebencian dan hasutan menggunakan bahasa Ibrani di X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter. Badan pengawas mencatat bahwa peningkatan konten tersebut dimulai pada 7 Oktober, hari pertama eskalasi.
Setidaknya 30% konten kebencian yang didokumentasikan oleh 7amleh berisi berita palsu atau promosi kekerasan atau hasutan.
Diketahui, anak-anak mewakili sepertiga dari jumlah korban gugur warga Palestina yang terus meningkat selama dua minggu serangan penjajah di Gaza. Hanya dalam waktu 15 hari, pasukan pendudukan ‘Israel’ telah membunuh sedikitnya 4.385 warga Palestina, termasuk sedikitnya 1.756 anak-anak.*