InfoMalangRaya.com—Aksi ratusan mahasiswa menyerbu Balai Meuseuraya Aceh (BMA) di Banda Aceh yang menjadi tempat penampungan sementara untuk ratusan pengungsi Rohingya hari Rabu (27/12/2023), telah menjadi perhatian dunia.
Menurut Kepala Sekolah Pemikiran Islam (SPI) Pusat, Akmal Sjafril, ekskalasi isu seputar Rohingya berlangsung cepat dan dilatari oleh banyaknya berita hoaks di dunia mana. Karena itu, ia mengajak warganet mempertimbangkan adanya rekayasa penggiringan opini publik di belakang layar dalam kasus ini.
“Orang-orang Rohingya sudah mengungsi ke Indonesia beberapa tahun sebelum pandemi. Tiba-tiba saja, di sekitar bulan November kemarin, isunya mencuat lagi. Orang-orang Rohingya digambarkan sebagai troublemaker, seolah semuanya rusak dan tak ada yang baik,” ujarnya.
Akmar –yang juga dikenal aktivis media sosial– menilai, isu Rohingnya di media sosial, juga dipenuhi banyaknya akun anonim alias akun bodong yang ikut memanaskan suasana, langsung memprovokasi bangsa Indonesia untuk segera mengusir mereka. “Ini terlalu aneh dan tidak wajar,” ungkap Akmal menyatakan keprihatinannya.
Jika dikatakan bahwa ada orang Rohingya yang bertingkah laku kurang baik, maka menurut Akmal itu masih wajar. Akan tetapi, Akmal menyayangkan banyaknya hoaks yang beredar sehingga membuat sebagian netizen memandang Rohingya dengan logika yang rasis.
“Misalnya dimunculkan isu bahwa orang Rohingya memperkosa anak perempuan Aceh. Ada pula isu soal kerusuhan di Sidoarjo. Keduanya terbukti hoaks, tapi toh kisah itu masih terus diulang-ulang,” ujar aktivis #IndonesiaTanpaJIL (ITJ) ini lebih lanjut.
Ia mengatakan, dalam rilisan seruan resminya yang dirilis pada 15 Desember 2023 dan dipublikasikan melalui akun-akun media sosialnya, SPI telah memperingatkan semua pihak untuk berhati-hati dalam menyikapi isu Rohingya yang berkembang belakangan ini.
Melalui seruannya, SPI mengingatkan bahaya fitnah yang begitu dahsyat sehingga pernah menimpa orang seperti ‘Aisyah ra.
SPI juga mengingatkan agar netizen tidak menganggap enteng provokasi untuk mengusir orang-orang Rohingya, sebab pengusiran tersebut bisa membahayakan nyawa mereka.
“Bagaimana nasib orang-orang Rohingya jika kita suruh pergi; tenggelam di Samudera Hindia, dipersekusi di Myanmar, atau hidup melarat di negeri lain? Bagaimana dengan anak-anak mereka, yang sama tak bersalahnya dengan anak-anak Gaza?” Demikianlah retorika yang disampaikan dalam seruan tersebut.
Dalam konten terbaru di akun Instagram-nya, Akmal kembali berkomentar pedas dan memperbandingkan mereka yang mengusir orang-orang Rohingya dengan kaum Zionis.
“Tanpa sadar, banyak yang telah memenuhi empat kriteria untuk menjadi zionis. Menyebar hoaks, menteror yang lemah, membiarkan mereka pergi ke tempat-tempat yang membahayakan nyawa mereka, lantas menyakiti mereka dengan tangan-tangannya sendiri. Gayanya pun persis sama, dimulai dengan mengepung mereka ketika shalat, kemudian menghajar mereka sesudahnya,” tulisnya dalam konten tersebut.
Menurut Akmal, yang paling bertanggung jawab atas provokasi ini adalah para influencer yang tidak bertanggung jawab dan tidak melakukan cek dan ricek terlebih dahulu, bahkan membebek saja pada isu-isu yang beredar.
“Sebagai contoh, mereka bilang orang-orang Rohingya itu bukan asli Myanmar, tapi orang Bangladesh yang menyusup ke Myanmar. Itu seratus persen sama persis dengan propaganda junta militer Myanmar yang mempersekusi mereka. Kalau para influencer ini mau berusaha sedikit mempelajari sejarah, pasti mereka akan tahu bahwa tuduhan itu tidak benar,” tandas sejarawan yang sebelum pandemi sudah cukup sering menjadi pembicara dalam forum-forum kajian tentang Rohingya.
“Masalahnya kita tahu sendiri bahwa para influencer ini bukan intelektual. Mereka sudah terbiasa mengendarai isu-isu yang viral. Tapi sikap mereka bisa memberikan konsekuensi yang serius dalam masalah Rohingya. Orang-orang Rohingya ini tidak diakui oleh negaranya sendiri, mengalami persekusi yang sangat kejam, dan menjadi target kejahatan seperti perdagangan manusia dan sebagainya. Kalau hal terburuk yang terjadi, siapa yang mau bertanggung jawab?” ujar Akmal lagi.
Akmal berharap tindakan kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang mengaku mahasiswa beberapa hari silam ditindak dengan tegas dan tidak perlu terjadi lagi.
Akmal juga berharap para netizen dan influencer yang sudah ikut-ikutan menebar provokasi untuk mengoreksi tindakannya.*
Leave a Comment
Leave a Comment