(Meskipun Sangat Mempengaruhi Kehidupan Seorang Tokoh-tokoh Besar)
Sejarah tentang perjalanan sebuah bangsa dan negara selalu hanya menulis laki-laki sebagai pelaku proses bergeraknya sebuah perubahan sosial, ekonomi dan politik dalam sebuah bangsa dan negara. Kita hampir saja kesulitan mencari literatur yang menulis keberadaan perempuan yang ada dibelakang para laki-laki yang sedang melakukan pergerakan perubahan tersebut. Bagaimana perjuangan sang perempuan yang sedang mendampingi sosok lelaki tersebut. Jika laki-laki yang melakukan pergerakan perubahan tersebut didampingi oleh seorang perempuan yang bersifat buruk dan tak peduli dengan apa yang dilakukan oleh lelakinya. Bisa dipastikan laki-laki itu takkan pernah mampu menjalani prosesnya dengan baik.
Sesungguhnya peran perempuan sangatlah besar dalam sebuah kehidupan baik bagi laki-laki maupun bagi anak-anaknya kelak. Karir seseorang bisa menjadi melesat atau bahkan ambruk hanya kerena persoalan cinta. Bahkan seorang Raja, Intelektual atau filosof sekalipun bisa ambruk kehidupannya karena masalah cinta pada seorang perempuan.
Perempuan pada dasarnya sangat membutuhkan cinta, kasih sayang dan perlindungan dari laki-laki. Sementara laki-laki sangat membutuhkan kelembutan, kehangatan dan kasih sayang juga perhatian dari perempuan.
Kegagalan cinta yang lalu membuat seseorang menjadi lupa diri, sesungguhnya tidak hanya banyak menyelimuti kehidupan orang awam, akan tetapi juga banyak terjadi pada para tokoh-tokoh filosof, sastrawan besar bahkan juga kepada raja-raja.
Banyak sastrawan dan filosof didunia yang kisah cintanya gagal lalu mengalami ketidak stabilan emosi. Di Indonesia kisah cinta yang sangat unik banyak dialami oleh para sastrawan daerah sebelum kemerdekaan seperti Muhammad Yamin, Chairil Anwar, Armijn Pane, Soe Hok Gie demikian juga terjadi pada para sastrawan dan filosof seperti Gothe, Ernest Hamingway, Khalil Gibran, Jean Paul Sartre dan masih banyak lagi sebenarnya.
Kita juga masih ingat tentang skandal petinggi partai yang tertangkap di suatu hotel berbintang bersama seorang penyanyi Dangdut yang bukan pasangan sah-nya.
Atau tentang Taj Mahal yang menggambarkan cinta dan kekaguman seorang Raja kepada permaisurinya. Penulis juga pernah baca sebuah artikel tentang kisah Napoleon yang begitu gagah perkasa di medan perang. Akan tetapi menjadi pendiam dan lembut ketika sudah berhadapan dengan Johanna perempuan yang paling dia kagumi dan cintai.
Kisah cinta suci juga terjadi diantara sastrawan, meskipun tidak terpublikasi, sebuah kisah cinta yang hanya beredar dikalangan terdekat saja. Sebuah cinta suci yang akhirnya membuahkan keputusan untuk tidak menikah karena merasa terpatahkan hatinya. Cinta seorang Sastrawan Alm. Umbu Landu Paranggi terhadap seorang pelukis yang bernama Alm. Nanik Mirna (Adik alm. Ratna Indraswari Ibrahim).
Umbu tak berani untuk mengungkapkan perasaannya pada Nanik Mirna, dia hanya memendam saja besarnya rasa cinta itu. Bisa jadi karena takut untuk ditolak cintanya, sehingga memutuskan diam, lalu mencintai dan memiliki Nanik Mirna dalam pelukan hangat angan dan mimpinya. Nanik Mirna menikah dengan seorang Raja di Bali yang sempat menjadi Bupati. Sementara Umbu hidup di Ubud dan Denpasar dengan tetap menulis puisi dan mengelola rubrik sebuah media. Umbu sendiri hingga akhir hayatnya tak pernah menikah, beberapakali diusahakan untuk mempertemukan kedua sosok Seniman tersebut agar terjalin silaturahmi karena masing-masing sudah berumur lebih, tapi sampai keduanya wafat usaha itu tak pernah terwujud.
Kisah Umbu Randu Paranggi hampir sama dengan kisah yang dialami oleh seorang filosof dan sastrawan Lebanon bernama Khalil Gibran yang mencintai seorang perempuan bernama Mary Hesckel, namun keduanya tak pernah bersama dalam pernikahan. Mary Hasckel menikah dengan pria lain dan Khalil Gibran memutuskan untuk tidak menikah hingga akhir hayatnya. Giliran memutuskan untuk tidak menikah dengan Mary karena takut cintanya akan ternodai ketika berada didalam pernikahan.
Khalil Gibran, dalam suratnya menulis, “Aku senantiasa mencintaimu sepanjang abad. Sungguh, aku terlalu mencintaimu sejak aku belum mengenalmu. Dan tak seorang pun yang mampu memisahkan kita. Engkau pun tak mampu mengubah hubungan kita, juga aku, di dunia ini engkau adalah wanita yang paling agung bagiku”.
Peran cinta dan kasih sayang dalam kehidupan sangatlah besar pengaruhnya terhadap sebuah kebijakan negara sekalipun. Banyak kebijakan negara menjadi kacau balau ketika seorang istri memaksakan keinginannya untuk membuat suatu kebijakan demi anaknya pada sang suami yang sedang mengemban sebuah jabatan. Sehingga sang suami akhirnya membuat kebijakan yang hanya menguntungkan keluarganya. Atau bahkan memutuskan untuk korupsi karena mengakomodir keinginan istrinya untuk memberikan kecukupan pada anaknya.
Kondisi psikologi perempuan seperti itulah yang akhirnya dimanfaatkan oleh produsen dan para pemikir perubahan sosial atau bahkan para politisi untuk mendapatkan keuntungan, perubahan yang diinginkan atau untuk kemenangan politiknya.
Perempuan akan selalu bicara tentang cinta dan kasih sayang, juga akan selalu terpikir untuk menempatkan anaknya diposisi yang paling terbaik. Sebab anak adalah bagian dari dirinya. Dan perempuan sebagai ibu, akan mengorbankan dirinya bagi separuh dirinya yang lain (anak).
Sementara para lelaki akan selalu membutuhkan kelembutan, kasih sayang dan kehangatan dari seorang perempuan demi menenangkan kejiwaannya.
Karena itulah cinta tak akan pernah berakhir untuk dibicarakan hingga pada hari kiamat. Dan perempuan akan tetap sangat berpengaruh besar dari balik layar kelemahan fisiknya.
Sebagian besar ulama dalam Islam bersepakat bahwa perempuan adalah tiang negara. Karena perempuan adalah sekolah pertama dan seterusnya bagi anak-anaknya. Jika perempuan itu berperilaku buruk, maka dia akan menciptakan masa depan yang buruk atas anak-anaknya. Dan anak-anak adalah penerus bagi masa depan sebuah bangsa dan negara.
Nashir Ngeblues