Polisi di Marseille Bongkar Jaringan Perdagangan Senjata Api 3D Printer

InfoMalangRaya.com– Polisi di kota Marseille di selatan Prancis membongkar jaringan luas perdagangan senjata api yang dibuat dengan 3D printer (printer tiga dimensi).
Jaringan tersebut menjangkau mulai dari kawasan Mediterania sampai Belgia, yang menurut pihak kejaksaan tidak mungkin untuk dilacak secara virtual dan karenanya sangat membahayakan.
Saat menunjukkan senjata-senjata api yang dibuat dengan printer 3D dan siap untuk dijual secara online kepada awak media dalam konferensi pers, Nicolas Bessone dari Kejaksaan Marseille mengatakan bahwa penyitaan senjata seperti itu merupakan yang pertama kalinya di Prancis, lansir RFI (10/2/2024).
Dipimpin oleh divisi siber dari Gendarmerie Nationale, investigasi selama satu tahun – termasuk infiltrasi ke grup-grup percakapan di Telegram – mencapai puncaknya dengan operasi penggerebekan pada akhir Januari di selatan dan timur Prancis, serta di wilayah Belgia.
Sekitar 300 personel kepolisian dikerahkan untuk menangkap 14 tersangka dan menyita delapan printer 3D, tujuh senjata api lengkap hasil cetakan printer 3D dan 24 senjata api konvensional. Masih banyak lainnya yang belum disebutkan dan kebanyakan dirampas dari para kolektor.
Pemimpin dari jaringan tersebut adalah seorang pria berusia 26 tahun dari wilayah departemen Var di selatan Prancis, yang sebelumnya pernah menjadi terpidana kasus narkoba.
Setelah dia pindah ke Belgia, sebuah surat perintah penangkapan internasional dikeluarkan supaya pemuda itu diringkus dan diserahkan kepada aparat Prancis.
Hervé Pétry, yang baru dilantik untuk memimpin unit siber di Gendarmerie Nationale, mengatakan bahwa tersangka utama itu memiliki “mentalitas libertarian”. Pemuda itu juga tergabung dalam gerakan pro-kepemilikan senjata api yang bertujuan membagikan senjata api ke sebanyak mungkin orang untuk melindungi diri dari negara yang dianggapnya totalitarian dan opresif.
Enam orang saat ini sudah ditempatkan di dalam sel tahanan, sementara lima lainnya masih dalam pengawasan hukum. Mereka berusia antara 18 dan 30 tahun.
Sebagian mereka dikenai tuduhan membantu membuat senjata api, sementara lainnya dituduh bertindak sebagai makelar dan reseller.
Para pembeli – termasuk kolektor dan orang yang berkaitan dengan bisnis ilegal narkoba – juga ikut ditangkap.
Untuk menghindari pengawasan aparat hukum, senjata api hasil cetakan printer 3D itu tidak dikirim utuh ke pembeli melainkan dikirim dalam beberapa bagian.
Tindakan semacam itu masih termasuk perbuatan pidana dan dapat diancam dengan hukuman penjara hingga enam tahun, kata Bessone.
Di antara senjata yang disita adalah beberapa pucuk FGC-9 singkatan dari “Fuck Gun Control 9mm”. Senjata itu memiliki karakteristik sama seperti senapan mesin, dengan panduan cara pembuatan bisa dengan mudah didapat di dark web.
Lebih sulit untuk dilacak dibanding senjata konvensional, senjata 3D bisa dijual kembali dengan harga antara €1.000 dan €1.500.

Dakwah Media BCA – Green

Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal InfoMalangRaya (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/

Menurut Pétry, senjata-senjata sitaan tersebut memiliki kualitas yang baik sampai sangat baik, 95 persen kemiripannya dengan senjata asli.
Senjata jenis FGC-9- pada bulan Juni 2023 dipakai dalam aksi percobaan pembunuhan di Marseille, ketika dua orang yang mengendarai sebuah motor curian melepaskan tembakan ke orang-orang yang sedang berkerumun di luar sebuah toko. Pelaku berhasil ditangkap dan senjatanya disita.
Pada 2019, seorang pelaku penembakan di Halle, Jerman, menggunakan sebuah senjata api cetakan printer 3D rancangan sendiri. Dalam serangan di sebuah sinagoge dan restoran Turki pelaku menewaskan dua orang.
Menurut laporan International Centre for the Study of Radicalisation yang berbasis di London, maraknya kepemilikan senjata api cetakan printer 3D antara lain didorong oleh ideologi bahwa kepemilikan senjata api merupakan hak asasi manusia.*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *