IMR – Disuguhi Sego Kajatan, Wali Kota Wahyu Minta Ada Masjid Cheng Hoo

MALANG RAYA15 Dilihat

IMR – Sampai saat ini, di seluruh Indonesia sudah berdiri 18 Masjid Cheng Hoo. Dalam waktu dekat, bakal berdiri masjid ke-19 dan 20. Yang akan dibangun di Bondowoso dan Sumatera.

Di wilayah Malang Raya sendiri, juga ada satu Masjid Cheng Hoo, yang berada di Jalur Lintas Selatan (JLS) Goa China, di Malang Selatan.

Namun untuk di kawasan Kota Malang, masjid yang didirikan oleh Yayasan Haji Muhammad Cheng Hoo Indonesia (YMHCHI) itu, masih sebatas rencana untuk didirikan.

Padahal Pemerintah Kota Malang, sudah menyiapkan lahan di kawasan Islamic Center di Kedungkandang, untuk tempat berdirinya Masjid Cheng Hoo.

“Bahkan saya sudah sampaikan ke dr. Tandya (Ketua DPD PITI Malang Raya, Dr. dr.H. Sugiharta Tandya, Red.), bagaimana kalau kantor PITI Kota Malang, menjadi satu saja dengan Masjid Cheng Hoo,” kata Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat, saat hadir dalam silaturahmi bersama DPD Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Malang Raya dan Yayasan Haji Muhammad Cheng Hoo Indonesia (YHMCHI), di Regent Park Hotel.

Karena itulah, dalam kesempatan bertemu dengan pengurus YHMCHI tersebut, Wahyu kembali meminta dukungan, agar cita-cita membangun Masjid Cheng Hoo di Kota Malang, tidak sekadar menjadi wacara.

Apalagi untuk mengungkapkan keseriusannya, mantan Sekda Kabupaten Malang ini, terus melakukan koordinasi dengan DPD PITI Malang Raya.

“Saya pernah menjadi Sekda di Kabupaten Malang. Saya juga sering salat di Masjid Cheng Hoo di Goa China. Jadi saya tahu, bagaimana masjid itu berada di Kabupaten Malang.”

“Kami berharap, tidak terlalu lama lagi, pembangunan Masjid Cheng Hoo di Kota Malang, bisa teralisasikan. Agar Kota Malang juga memiliki ikon yang sama,” tegas alumni ITN Malang itu.

Dikonfirmasi terpisah, Sugiharta Tandya membenarkan jika rencana pembangunan Masjid Cheng Hoo di Kota Malang, sudah lama diwacanakan. Namun ketika itu, lokasinya di Jalan Sulfat. PITI telah menyiapkan lahan seluas 700 meter persegi.

“Tetapi karena kurang luas dan ada beberapa masalah lainnya, rencana itu belum bisa diwujudkan. Padahal kalau tidak salah, rencana itu sudah sejak delapan tahun lalu. Saat awal saya menjadi Ketua PITI,” sebut dr. Tandya.

Itulah sebabnya, dalam sisa waktu masa jabatannya, dr. Tandya akan lebih memfokuskan pada tawaran Wali Kota Malang, untuk bisa memanfaatkan lahan di Islamic Center di Kedungkandang, untuk dibangun Masjid Cheng Hoo.

“Sebentar lagi saya sudah tidak menjabat (Ketua DPD PITI), jadi nanti akan diteruskan oleh pejabat yang baru. Tetapi di sisa waktu ini, akan kami gunakan untuk mematangkan persiapan itu,” tegasnya.

WhatsApp Image 2025 03 17 at 16.02.00 7673937c
IMR - Disuguhi Sego Kajatan, Wali Kota Wahyu Minta Ada Masjid Cheng Hoo 2

TRADISIONAL: Undangan yang hadir dalam silaturahmi bersama DPD PITI Malang Raya dan YHMCHI, di Regent Park Hotel, mendapat suguhan Sego Kajatan, sebagai menu buka puasa. (Foto: Ra Indrata/Malang Post)

Sementara itu, terkait acara silaturahmi sembari berbuka puasa bersama dan penyerahan santunan tersebut, dr. Tandya menyebut sebagai sebuah acara yang rutin digelar. Merupakan program kerja sama DPD PITI dan YMCHI.

“Saat ini kami mengajak 25 anak-anak Panti Asuhan dari Kepanjen, untuk berbuka puasa dan menerima santunan. Wujudnya uang tunai dan sepatu,” jelasnya.

Yang menarik lagi, menu untuk berbuka puasa di Regent’s Park Hotel itu, adalah menu spesial Ramadan yang menjadi andalan. Yakni Sego Kajatan. Sebuah paket menu berbuka puasa, yang biasanya disiapkan saat hajatan di desa-desa.

Berbagai makanan khas menu ‘slametan’ itu, disajikan dalam tempeh. Terdiri dari ayam tulang lunak, ikan asin, bandeng presto, crispy beredo, urap, terancam, tempe mendoan, sambal, srundeng hingga kerupuk. Tidak ketinggalan nasi putih, disediakan dalam tempat terpisah.

Sedangkan untuk takjilnya, Regent’s Park Hotel menyiapkan khusus jajanan pasar dan es kampoeng ketan hitam.

Branch Manager Regent’s Park Hotel, Atiek Sumiati Tanu menjelaskan, pemilihan Sego Kajatan sebagai menu andalan selama Ramadan, untuk menjadikan pembeda dengan menu-menu iftar lainnya.

“Kami juga menyuguhkan menu ndeso ini, untuk mengingatkan kembali pada nuansa pendesaan. Mereka yang ingin kembali merasakan hidup di kampung, akan lebih pas dengan menyantap Sego Kajatan ini.”

“Apalagi dengan sebutan Sego Kajatan ini, menjadikan ingatan kita kembali ke masa lampau. Saat ada acara kajatan atau syukuran. Jadi sangat pas jika dinikmati dalam nuansa Ramadan ini,” jelas Atiek. (Ra Indrata)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *