IMR – Kota Malang, dalam beberapa dekade dikenal sebagai salah satu barometer sepak bola di Indonesia. Banyak pesepakbola handal, lahir dari Kota Pendidikan ini. Pun klub-klub yang ada, selalu punya wakil untuk berlaga di kasta tertinggi kompetisi Indonesia.
Sayangnya dalam beberapa tahun terakhir, iklim sepak bola di Kota Malang, menghadapi tantangan yang tidak ringan. Tidak sekadar untuk mempertahankan prestasi sebagai barometer sepak bola. Tapi justru bagaimana mengembalikan atmosfiir sepak bola, kembali bergairah.
Apalagi minat warga Kota Malang, terkesan mulai menurun untuk kembali menjadi ‘gila bola’. Utamanya selepas Tragedi Kanjuruhan, 1 Oktober 2022 lalu.
Itulah sebabnya, dari perspektif Calon Wakil Wali Kota Malang, Ganis Rumpoko, ada beberapa aspek yang perlu diperbaiki. Salah satunya adalah pengalaman penonton, saat menyaksikan pertandingan secara langsung di stadion.
Pembelian tiket, seharusnya memberikan hak yang jelas kepada penonton. Untuk mendapatkan tempat duduk yang layak. Namun kenyataannya seringkali berbeda.
“Yang pertama yang pasti dari apa ya? Dari event-nya juga kalau aku lihat kan dari dulu di Malang, enggak ada perubahan yang signifikan. Ketika kita sudah beli tiket itu enggak ada tempat duduk. Kemudian fasilitas toilet untuk perempuan,” kata Ganis, pasangan Heri Cahyono dalam kontestasi Pilkada di Kota Malang, kepada awak media saat Fun Games bersama Bolo Ganis di Stadion Gajayana, Selasa (29/10/2024).
Cucu Ebes Sugiono, Mantan Wali Kota Malang yang juga dikenal gila bola ini juga melihat, pembinaan terhadap sepak bola putri, sangat kurang sekali. Itu jika tidak mau disebut tidak ada.
Padahal di Kota Malang, dipastikan ada bibit-bibit pesepakbola putri, jika ada wadah untuk menampung dan mengembangkan kemampuan mereka.
Ganis pun mencoba menghidupkan kembali sepak bola putri itu, dengan menggelar Fun Game khususnya untuk pesepakbola putri. Yakni pertandingan antara Bolo Ganis vs Pemain Bola Putri Malang.
“Kita harus bisa kembali memajukan sepakbola putri. Agar Kota Malang ini, kembali menjadi barometer sepak bola nasional secara komplet,” tandasnya.
Tak hanya itu, Ganis yang pernah menempuh pendidikan di bidang manajemen olahraga di Liverpool, juga menyoroti fasilitas Stadion Gajayana.
Banyak pengunjung mengeluhkan kurangnya aksesibilitas. Terutama bagi perempuan. Dengan toilet yang tidak ramah dan kondisi yang kurang bersih.
Untuk menarik kembali minat penonton, perlu ada perbaikan signifikan dalam hal fasilitas dan layanan di stadion.
Stadion Gajayana, yang telah berdiri selama hampir seratus tahun, juga memerlukan renovasi. Dengan tingginya minat masyarakat terhadap sepak bola dan olahraga lainnya, Malang seharusnya menjadi tuan rumah bagi berbagai event nasional.
Renovasi stadion akan membuka peluang untuk menyelenggarakan pertandingan tim nasional. Bukan hanya di Gelora Bung Karno, tetapi juga di Malang.
Peningkatan fasilitas stadion, kata Paslon nomor dua ini, tidak hanya akan mendatangkan penonton dari berbagai daerah, tetapi juga berdampak positif pada ekonomi lokal.
Hotel, restoran, dan layanan transportasi akan mendapatkan keuntungan dari meningkatnya jumlah pengunjung.
“Ya karena apa minatnya untuk sepak bola dan banyak olahraga yang di Kota Malang itu sebetulnya cukup tinggi.”
“Ya harusnya mulai direnovasi sih, supaya event-event nasional itu juga bisa dibawa ke Kota Malang gitu loh,” katanya.
Dengan langkah-langkah yang tepat, Kota Malang dapat kembali menjadi pusat sepak bola yang diminati, baik oleh pemain maupun penggemar. (Ra Indrata)