Infomalangraya – BATU – Petani tomat di Desa Torongrejo, Kecamatan Junrejo hanya bisa pasrah dengan harga pupuk non-subsidi yang semakin mahal. Demi panen tomat yang berkualitas para petani sering kali merasa kesulitan dalam merawat tanamannya. Belum lagi jika tanaman tomat diserang hama penyakit, petani merugi.
Salah satu petani tomat Abdul Mustakim menjelaskan, harga pupuk non-subsidi untuk tomat naik dua kali lipat. Sebelumnya Rp 10 ribu per kilogram, kini menjadi Rp 20 ribu per kilogramnya.
“Sebelum pandemi Covid-19, pupuk non-subsidi sejumlah Rp 400 ribu per sak (50 kilogram). Tapi, sekarang sudah Rp 800 ribu per sak,” katanya.
Menurut pria yang akrab disapa Mustakim ini, kenaikan harga pupuk non-subsidi sangat memberatkan para petani. “Pupuk subsidi kan sudah tidak ada lagi Mbak. Terpaksa petani tomat bergantung dengan pupuk non-subsidi yang mahal sekali,” katanya.
Selain soal pupuk yang mahal, petani tomat juga bingung ketika menghadapi musim tertentu atau hama penyakit? Dia mengatakan, pas pengaruh hujan rentan terkena jamur. Di bagian pucuk tomat ada bintik hitam-hitam seperti cacar. Pernah waktu itu rugi 1 kuintal karena penyakit. Akhirnya terpaksa dibuang. (ifa/lid).