InfoMalangRaya.com – Sekelompok tokoh muda dan influencer Maroko banjir kecaman dari masyarakat usai mengunjungi ‘Israel’. Mereka bahkan terekam dalam sebuah video sedang menari-nari bersama orang ‘Israel’ di sebuah hotel di Yerusalem sementara warga Palestina di Gaza menderita.
Kemarahan masyarakat Maroko tidak hanya ditujukan kepada mereka, namun juga kepada pemerintah Maroko termasuk Raja karena tidak meminta mereka pulang sebagai bentuk protes atas perang di Gaza.
Akhir pekan lalu, sekelompok pemuda Maroko yang terdiri dari dua puluhan orang mengunjungi ‘Israel’ sebagai upaya nyata “mendorong perdamaian.” Di sana mereka bertemu dan berbicara dengan para diplomat ‘Israel’, termasuk Ketua Parlemen Israel, Amir Ohana.
Menurut Middle East Eye pada Rabu (16/07), para influencer dan tokoh muda itu juga mengunjungi tempat-tempat bersejarah di Yerusalem dan Tepi Barat yang diduduki, serta mengunjungi daerah-daerah di ‘Israel’ selatan yang terkena dampak serangan 7 Oktober.
Meski pertemuan itu hanya menarik sedikit perhatian dari warga ‘Israel’ dan Palestina, namun menimbulkan kemarahan di Maroko, di mana sentimen anti-Israel terus meningkat akibat serangan berdarah Zionis ‘Israel’ selama sembilan bulan di Gaza.
Beberapa warga Maroko, termasuk seorang narasumber yang memiliki hubungan dekat dengan Raja Mohammed VI, mengatakan kepada Middle East Eye bahwa mereka marah atas kunjungan delegasi tersebut yang dilakukan di saat dunia menekan ‘Israel’ untuk melakukan gencatan senjata segera.
“Kunjungan itu seharusnya dibatalkan, dan media Israel seharusnya tidak mengiklankannya dengan gencar seperti yang mereka lakukan,” kata pejabat politik itu kepada MEE dengan syarat anonim karena dia tidak berwenang untuk berbicara kepada media.
“Peristiwa itu [terjadi] pada saat seruan-seruan yang berkembang, baik di tingkat regional maupun internasional, untuk gencatan senjata. Aksi ini tidak akan membantu citra Maroko baik di dalam negeri maupun di tingkat regional,” tambahnya.
Beberapa video dari perjalanan delegasi tersebut menjadi viral di media sosial, menambah bahan bakar terhadap api kemarahan yang telah menyebar di antara masyarakat Maroko yang menolak normalisasi dengan ‘Israel’.
A Moroccan delegation consisting of professionals and influencers gathered with Israelis at a hotel in Jerusalem. The trip to Israel, which was aimed at “fostering peace,” has caused a major backlash in Morocco. pic.twitter.com/q65mh07Dqs— Middle East Eye (@MiddleEastEye) July 17, 2024
Salah satu video menunjukkan delegasi bernyanyi dan menari dengan warga ‘Israel’ di sebuah hotel, sementara video lainnya menunjukkan kelompok tersebut mengunjungi pasar makanan di Yerusalem, di mana mereka terlihat memuji masyarakat ‘Israel’ atas kehangatan dan toleransi.
Media ‘Israel’ mengklaim bahwa pesta tersebut “spontan” dan “tidak direncanakan,” namun seorang akademisi di Maroko, yang tidak mau disebutkan namanya, mengatakan bahwa video-video semacam itu merupakan upaya nyata dari kelompok-kelompok yang didukung oleh pemerintah Zionis ‘Israel’ untuk membentuk kembali narasi hubungan kedua negara di tengah-tengah meningkatnya solidaritas global untuk perjuangan Palestina.
“Tujuan dari perjalanan ini tidak akan menguntungkan kerajaan karena jumlah korban jiwa terus meningkat di Gaza,” kata akademisi yang pernah menjadi penasihat istana kerajaan itu kepada MEE.
Pemerintah Maroko yang harus disalahkan
Media ‘Israel’ ramai-ramai memberitakan kunjungan delegasi Maroko tersebut, dan secara khusus memuji hasil kerja para penyelenggara, yaitu LSM ‘Israel’ Sharaka.
Didirikan setelah perjanjian normalisasi tahun 2020, Sharaka menjelaskan bahwa mereka bertujuan untuk meningkatkan hubungan antara ‘Israel’ dan negara-negara Muslim.
Namun, beberapa anggota kelompok tersebut, yang berasal dari negara-negara termasuk Bahrain, Uni Emirat Arab, dan Maroko, telah menghadapi kritik baru karena keengganan mereka untuk membahas atau mengutuk pendudukan ‘Israel’ selama 76 tahun di wilayah Palestina, termasuk situasi politik dan keamanan yang memburuk di Yerusalem Timur yang diduduki dan Tepi Barat.
Pada hari Senin, Jerusalem Post melaporkan bahwa dua anggota delegasi Maroko telah dijauhi oleh teman-teman dan anggota keluarga mereka karena kemarahan yang ditimbulkan oleh kunjungan tersebut di negara asalnya.
Hassan Bennajeh, seorang penulis dan aktivis yang telah membantu memelopori protes solidaritas pro-Palestina, menuding makhzen (istilah yang digunakan oleh orang Maroko untuk menyebut raja dan punggawa istana yang berkuasa serta badan-badan keamanan) bersalah atas terjadinya perjalanan tersebut dan penyebab kemarahan.
“Kunjungan ke entitas fasis dan kriminal seperti itu sama saja dengan berpartisipasi dalam kejahatannya, mendukungnya, dan mendukung tindakan genosida,” kata Bennajeh kepada MEE.
“Pihak berwenang Maroko memikul tanggung jawab penuh, baik secara politik, administratif, dan keamanan. Kunjungan ini menggarisbawahi keterlibatan mendalam pihak berwenang Maroko dalam proses normalisasi, yang secara langsung menentang pandangan rakyat Maroko, yang telah menyatakan penolakan mereka selama sembilan bulan melalui aksi duduk, pawai, pernyataan, kampanye boikot, kampanye media, petisi, dan pertemuan massa.”
Zionis berusaha perbaiki citra
Sejak perang meletus, pihak berwenang Maroko telah berusaha memenuhi tuntutan masyarakat dengan menyerukan de-eskalasi di Gaza, akses ke bantuan kemanusiaan, dan perlindungan warga sipil sesuai dengan hukum internasional.
Namun, foto-foto dan video pertumpahan darah, kantong-kantong mayat, gedung-gedung yang hancur, dan anak-anak yang berlumuran darah akibat kekejaman Zionis ‘Israel’ terus menyebar luas di situs-situs media sosial dan aplikasi perpesanan WhatsApp.
“Entitas Zionis, bersama dengan beberapa orang Maroko, berusaha keras untuk melawan arus dengan mengorganisir kunjungan ke Israel dan menjadi tuan rumah bagi delegasi di Maroko,” kata Abdel Samad Fathi, presiden Komisi Maroko untuk Mendukung Masalah Bangsa, kepada MEE.
“Tujuan mereka adalah untuk memperluas cakupan normalisasi populer dan memperbaiki citra Zionis yang ternoda, yang semakin ternodai oleh perang yang sedang berlangsung di Gaza dan seluruh Palestina.
“Kami menegaskan bahwa langkah-langkah seperti itu akan tetap terisolasi, ditolak secara luas oleh rakyat, dan dikutuk oleh semua kekuatan pro-Palestina,” tambahnya.*