Infomalangraya –
IMR, Blitar : Masjid Agung Kota Blitar merupakan salah satu Masjid yang sudah berusia tua dan sangat populer di bumi bung karno. Masjid Agung Kota Blitar terletak di Jalan Masjid Nomor 13 Kelurahan Kauman Kecamatan Kepanjenkidul. Awalnya, Masjid Agung Kota Blitar terletak di Kelurahan Pakunden, namun karena terjadi peristiwa tertentu akhirnya dipindah di lokasi baru yang dekat dengan Alon Alon Kota Blitar.Masjid Agung Kota Blitar berdiri pada tahun 1.895 atau kini sudah berusia 129 tahun. Meski sudah berusia satu abad lebih, bangunan Masjid Agung Kota Blitar masih terlihat utuh dan kokoh.Pemindahan lokasi Masjid Agung Kota Blitar dari daerah Kelurahan Pakunden ke lokasi saat ini, dikarenakan dua kali terkena bencana lahar letusan Gunung Kelud. Kala itu, pemindahan lokasi Masjid Agung Kota Blitar sudah mendapat persetujuan dari Bupati Blitar yang saat itu namanya masih Bupati Srengat. Wakil Ketua Takmir Masjid Agung Kota Blitar Purnomo mengatakan awalnya bangunan Masjid Agung Kota Blitar di Pakunden hanya berjarak sekitar 1 kilometer dari lokasi Masjid sekarang.”Awalnya itu dulu dibangun di Kelurahan Pakunden, tapi karena dua kali terkena letusan gunung kelud akhirnya dipindah di Jalan Masjid dan saat itu sudah atas persetujuan dari Bupati Blitar yang saat itu namanya Bupati Srengat,” ucap Purnomo, Selasa (26/3/2024).Salah satu ciri khas bangunan Masjid Agung Kota Blitar adalah pilar atau saka kayu yang berada di dalam Masjid. Model bangunannya pun merupakan gebyog yang berarti bangunan bagian bawah berupa tembok dan bangunan bagian atas menggunakan kayu.Kata Purnomo, bangunan aslinya itu berada di dalam Masjid dan bangunan serambi di sisi kanan, kiri dan depan merupakan bangunan baru.Pada tahun 1.925 merupakan kali pertama Masjid Agung Kota Blitar menjalani renovasi, yang awalnya model gebyog akhirnya diganti dengan tembok semua. Lalu, di tahun 1.946 kembali dilakukan renovasi dengan memperluas bangunan yakni di serambi kanan dan serambi kiri. Sedangkan bangunan serambi depan baru dibangun pada tahun 1.965.Purnomo menceritakan, sebenarnya dulu ada bangunan menara yang posisinya di sebelah selatan pintu masuk Masjid. Namun, karena diterjang lahar letusan Gunung Kelud kondisinya menjadi miring dan pengelola Masjid memutuskan untuk merobohkan menara itu dan dipindah di depan sebelah utara. Sekarang total luas kawasan Masjid Agung Kota Blitar sekitar 2.000 meter persegi. Dari total itu, sekitar luas 1.500 meter persegi merupakan area masjid.”Ciri khasnya Masjid Agung Kota Blitar itu ada saka atau pilar didalam Masjid dan bangunannya itu modelnya gebyok. Lalu mulai dilakukan renovasi pasar tahun 1.925,” ceritanya.Ada satu alasan lain yang melatarbelakangi bangunan Masjid Agung Kota Blitar dipindah dari daerah Kelurahan Pakunden ke kawasan Alon Alon Kota Blitar. Yaitu menerapkan konsep tata ruang untuk dakwah Islam peninggalan sejarah Sunan Kalijaga, dimana membuat landscape pusat kota berbentuk segi empat yang mewakili empat penjuru mata angin yang diwujudkan pada penataan bangunan.Konsep ini pun bisa terwujud, dan setidaknya ada lima bangunan utama yang berada di pusat kota. Mulai dari Alun Alun Kota Blitar, Masjid Agung, Kantor Walikota dan Pendapa Bupati Blitar, serta Lapas atau Penjara. Konsep tata ruang untuk dakwah Islam peninggalan Sunan Kalijaga ini memiliki arti bahwa Alon Alon dikelilingi beberapa bangunan utama itu, ada Kantor Walikota atau Pendapa Bupati sebagai tempat penguasa, lalu Masjid tempat tobat dan bangunan penjara menjadi tempat peringatan. Purnomo memperkirakan, konsep Sunan Kalijaga ini hanya ada di Kota Blitar saja yang sampai sekarang masih utuh dan masyarakat bisa menyaksikan secara langsung ketika berkunjung ke Kota Blitar.”Saya rasa konsep Sunan Kalijaga dalam dakwah Islam ini hanya ada di Kota Blitar. Artinya masih terjaga dan utuh,” ujarnya.Jumlah pilar atau saka di Masjid Agung Kota Blitar ada 16 dan ini menjadi salah satu ciri khasnya. Sebanyak 16 pilar atau saka ini merupakan simbol kuatnya suatu negara atau suatu daerah. Purnomo pun menjelaskan, dari 16 pilar atau saka yang ada di Masjid Agung Kota Blitar ini tediri dari empat pilar atau saka berada di dalam Masjid dan 12 pilar lainnya mengelilingi empat pilar tersebut.Empat pilar atau saka yang berada di dalam Masjid Agung memiliki arti yang begitu mendalam. Yakni sebagai simbol Khulafaur Rasyidin yang merupakan empat orang khalifah yang dipercaya oleh umat Islam sebagai penerus kepemimpinan Nabi Muhammad setelah beliau wafat. Sedangkan 12 pilar lainnya yang mengelilingi empat pilar di tengah Masjid itu menggambarkan Wali Songo dan tiga simbol kekuasaan.Sebanyak 9 pilar itu menyimbolkan Wali Songo yang mewakili ulama dan tiga pilar lagi sebagai simbol kekuasaan atau umara (eksekutif, legislatif dan yudikatif). Artinya, jika ulama dan umara bersatu maka masyarakatnya akan sejahtera. Namun, sebaliknya kalau ulama dan umara tidak bersatu maka masyarakatnya akan sengsara.”Jadi memang semuanya itu memiliki arti yang begitu mendalam dan sebagai simbol simbol yang penuh dengan filosofi,” kata dia.Secara umum, seluruh bangunan Masjid Agung Kota Blitar itu masih asli, utuh, kokoh dan merupakan bangunan awal sejak Masjid didirikan. Bagian pilar dan sakanya berbentuk seperti kayu gelondongan utuh dan asli dari kayu jati. Konon katanya, sesuai cerita tutur yang diterima Purnomo, kayu pilar atau saka itu diambil dari daerah Blitar Selatan dan kala itu dibawa ke kawasan Alon Alon dengan cara dipikul sambil berjalan kaki.Selain bagian pilar atau saka, bagian pintu dan jendela juga masih asli saat pertama kali Masjid dibangun dengan model lebar dan tinggi. Totalnya, ada sembilan pintu yakni lima pintu didepan dan empat pintu masing masing dua berada di samping kanan dan dua di samping kiri Masjid Agung. Jumlah jendela di Masjid Agung Kota Blitar ada 10 dengan rincian, empat di bagian depan dan enam masing masing tiga berada di samping kanan dan kiri Masjid.”Masih asli ya bangunan di Masjid Agung, seperti saat pertama kali dibangun 129 tahun yang lalu. Seperti pilar, pintu dan juga jendela,” tuturnya.Meski sudah berdiri sejak 129 tahun yang lalu, agenda rutin dalam hal dakwah Islam masih tetap berlangsung di Masjid Agung Kota Blitar. Agenda rutinnya adalah pengajian Ahad Wage yang dulu dirintis oleh tokoh NU Jatim sejak 1970-an. Bahkan selama bulan Ramadan seperti saat ini, Masjid Agung Kota Blitar juga menggelar berbagai kegiatan rutin. Mulai dari kuliah subuh, pengajian menjelang buka puasa dan salat tarawih.Salat tarawih di Masjid Agung Kota Blitar sebanyak 20 rakaat ditambah salat witir tiga rakaat. Kemudian, setiap hari Jum’at di bilang Ramadan juga digelar semaan Alquran mulai pagi sampai menjelang buka puasa. Tak hanya itu saja, juga disediakan buka puasa gratis tiap hari selama Ramadan. Rata-rata per hari disiapkan 300 porsi buka puasa gratis di Masjid.
Leave a Comment
Leave a Comment