InfoMalangRaya – Susu sapi telah lama dikenal sebagai sumber nutrisi yang dikaitkan dengan kalsium dan vitamin D yang bermanfaat bagi kesehatan manusia. Namun, di balik segelas susu yang dikonsumsi sehari-hari, ada praktik kekejaman di industri susu sapi yang tak banyak diketahui oleh khalayak luas. Melansir dari akun media sosial X milik Asta Ibrahim (@jellypasta), sapi betina atau yang sering disebut “mama sapi” tidak menghasilkan susu secara terus-menerus sepanjang hidupnya. Susu hanya diproduksi setelah mereka melahirkan.
Baca Juga :
Warga Tionghoa di Tulungagung Adakan Upacara Sembahyang Rebutan, Ratusan Warga Dapat Sembako
Namun, dalam industri susu, sapi dipaksa untuk terus-menerus hamil melalui inseminasi buatan. Proses ini dilakukan agar mereka terus memproduksi susu untuk kebutuhan pasar. Setiap tahun, sapi dipaksa untuk hamil, melahirkan, dan dipisahkan dari anak-anak mereka, sehingga praktik ini mengubah hidup mereka menjadi siklus tanpa henti yang penuh penderitaan. Setelah melahirkan, anak sapi langsung dipisahkan dari induknya agar susu yang dihasilkan tidak diminum oleh anaknya, melainkan diambil oleh industri untuk dijual ke konsumen. Dalam waktu singkat, anak-anak sapi tersebut menjalani nasib yang berbeda tergantung pada jenis kelaminnya. Anak sapi betina akan dipersiapkan untuk menjadi sapi perah berikutnya, sementara anak sapi jantan sering kali dijual untuk diambil dagingnya sebagai daging sapi muda (veal). Tidak hanya itu, beberapa anak sapi jantan bahkan dibunuh segera setelah lahir karena dianggap tidak berguna bagi industri. Rupanya praktik kekejaman itu banyak terjadi di industri susu sapi luar negeri. Sementara di Indonesia, produsen susu sapi menerapkan sistem kerjasama dengan peternak lokal untuk memenuhi kebutuhan susu. Oleh karenanya, produsen tidak mengambil semua susu, sehingga susu pertama bisa diberikan ke anak sapi. Di beberapa negara, seperti yang dilansir oleh laman animalquality.org, industri susu sapi telah memicu kemarahan banyak pihak karena perlakuan kejam terhadap sapi. Anak sapi jantan yang dianggap tidak berguna sering kali dibuang begitu saja atau dibunuh secara brutal. Investigasi global yang dilakukan oleh Animal Equality pada tahun 2019 mengungkapkan bahwa anak-anak sapi yang baru lahir sering kali dibekukan dan dibuang dalam tumpukan tanpa proses pemakaman yang layak di sebuah peternakan di Amerika Serikat. Temuan tersebut mengguncang publik dan menimbulkan pertanyaan tentang apa yang sebenarnya terjadi di balik layar industri susu sapi. Selain itu, sapi-sapi yang terlibat dalam siklus pemerahan terus-menerus sering kali mengalami cedera fisik. Proses pemerahan yang berulang kali membuat sapi mengalami infeksi pada ambingnya. Dalam banyak kasus, kuku sapi bahkan terpisah dari kakinya karena stres dan ketidaknyamanan yang mereka alami. Sapi bukan hanya hewan yang menjalani kehidupan fisik yang berat, tetapi juga mengalami tekanan emosional yang mendalam. Sama seperti manusia, sapi memiliki ikatan kuat dengan anak-anak mereka segera setelah melahirkan. Dalam industri susu, induk sapi dan anaknya dipisahkan secara paksa hanya beberapa hari setelah kelahiran. Para peternak melakukan ini untuk memastikan bahwa susu induknya dapat diperah dan dijual.
Baca Juga :
Demo Warnai Simulasi Pengamanan Pemilihan Kepala Daerah
Setelah dipisahkan, induk sapi akan menangis berhari-hari, meratapi kehilangan anaknya. Pada beberapa kasus, induk sapi bahkan mencoba mengejar anak-anak mereka yang diseret pergi. Perpisahan ini berdampak sangat menyakitkan secara emosional bagi sapi, yang memiliki kemampuan untuk mengingat suara, wajah, rasa sakit, serta lokasi yang pernah mereka kunjungi. Setelah anak-anak mereka diambil, sapi-sapi betina akan dipaksa hamil lagi melalui inseminasi buatan dan dipersiapkan untuk menghasilkan susu lebih banyak. Siklus ini terus berulang hingga sapi tidak lagi produktif. Ketika sapi mencapai usia lima tahun, yang jauh lebih muda dibandingkan umur alami sapi yang berkisar antara 15 hingga 25 tahun, mereka akan dianggap “tidak produktif” dan siap untuk dipotong. Sapi-sapi ini akan dikirim ke tempat pemotongan hewan untuk dijadikan daging. Praktik brutal ini terjadi di berbagai tempat produksi susu di seluruh dunia. Dalam sebuah investigasi yang dilakukan di India, terungkap bahwa beberapa peternak bahkan mengisi tubuh anak sapi yang mati dengan jerami dan menempatkannya di samping induknya. Praktik kejam ini dilakukan dengan tujuan merangsang produksi susu pada induk sapi, karena produksi susu akan menurun atau berhenti setelah induk dipisahkan dari anaknya. Selain kekejaman yang dialami oleh sapi, industri susu sapi juga berdampak negatif pada kesehatan manusia dan lingkungan. Penggunaan hormon dan antibiotik yang berlebihan dalam produksi susu dapat menyebabkan risiko bagi konsumen, termasuk meningkatnya resistensi antibiotik dan gangguan hormon. Selain itu, industri peternakan sapi menghasilkan emisi gas rumah kaca yang signifikan, berkontribusi pada perubahan iklim dan kerusakan lingkungan. Banyak organisasi seperti PETA dan Animal Equality mengadvokasi penghentian konsumsi produk susu sebagai langkah untuk mengurangi penderitaan hewan dan dampak lingkungan. Mereka juga mengajak masyarakat untuk beralih ke alternatif nabati seperti susu kedelai, almond, oat, dan beras yang tidak hanya menyediakan kalsium dan nutrisi penting lainnya, tetapi juga mengurangi keterlibatan dalam siklus kekejaman terhadap hewan.