58 persen warga Inggris mengatakan mereka tidak punya lebih dari 10 teman, penduduk Eropa lain mengaku matik tidak memiliki siapa pun untuk berbagi, apa dampaknya?
InfoMalangRaya.com—Ada hal lain yang lebih penting dalam hidup sehat selain olahraga dan pola makan seimbang, dan itu disebut teman. Data menunjukkan kita tidak lagi memelihara persahabatan seperti dulu.
Persahabatan tidak hanya menyenangkan dan menenangkan, tetapi juga penting bagi kesejahteraan kita. Para peneliti telah menemukan bahwa risiko kesehatan akibat kesepian yang berkepanjangan dapat sama buruknya dengan merokok 15 batang sehari.
Persahabatan seharusnya menjadi prioritas dalam hidup kita, tetapi data terkini menunjukkan kita memiliki lebih sedikit persahabatan dekat daripada sebelumnya, kutip Euronews.
Di Amerika Serikat, misalnya, persentase orang yang mengatakan tidak memiliki teman dekat sama sekali meningkat dari 3 persen pada tahun 1990 menjadi 12 persen pada tahun 2021, menurut survei oleh Gallup dan Pusat Survei Kehidupan Amerika.
Demikian pula, jumlah responden yang mengatakan mereka dapat menghitung 10 orang atau lebih sebagai teman dekat mereka turun dari 33 persen pada tahun 1990 menjadi 13 persen pada tahun 2021.
Menariknya, persentase orang yang menyatakan memiliki kelompok teman dekat yang lebih kecil (1-4) tumbuh dari 32 persen menjadi 48 persen.
Meningkatnya persahabatan yang lebih erat bisa jadi merupakan masalah kualitas versus kuantitas, tetapi hanya setengah dari orang Amerika melaporkan merasa puas atau sepenuhnya puas dengan jumlah persahabatan mereka (51 persen).
Laporan Survey Center on American Life menyalahkan pandemi Covid-19 sebagai penyebab paling mungkin atas menurunnya persahabatan nasional pada tahun 2021. Akan tetapi, laporan tersebut juga menunjukkan perubahan gaya hidup yang mungkin berperan.
Orang Amerika, seperti halnya orang Eropa, menikah lebih lambat dari sebelumnya, yang membuat mereka lebih “mobile secara geografis dibandingkan sebelumnya,” sebuah tren yang sangat terkait dengan meningkatnya tingkat isolasi sosial dan perasaan kesepian yang dilaporkan sendiri.
Fenomena ini juga memengaruhi hubungan romantis: Tinder menemukan dalam survei tahun 2018 bahwa 72 persen Generasi Milenial telah “membuat keputusan sadar” untuk melajang agar dapat fokus pada diri mereka sendiri, karier, dan kemandirian mereka.
Di AS, seperti di banyak negara lain , jumlah waktu yang dihabiskan orang tua dengan anak-anak mereka juga meningkat. Tren ini, yang luar biasa, dapat menggantikan jenis hubungan lain, termasuk persahabatan orang dewasa.
Di Inggris, 58 persen warga Inggris mengatakan mereka tidak punya lebih dari 10 teman. Tujuh persen warga Inggris mengatakan mereka tidak memiliki siapa pun yang bisa mereka sebut sebagai teman dekat, menurut studi YouGov tahun 2021.
Separuh dari mereka mengaku punya teman namun tak ada yang dianggap dekat, seperempat mengaku kesulitan mendapatkan teman dekat, dan seperempat lagi mengaku berselisih atau kehilangan kontak dengan orang-orang yang dulu dekat dengan mereka.
Persahabatan di Eropa
Meskipun tidak ada angka umum mengenai keadaan persahabatan di Uni Eropa, atau mengenai berapa banyak teman yang dimiliki orang-orang di setiap negara secara rata-rata, beberapa angka memungkinkan kita memperoleh gambaran mengenai seberapa sosialnya orang Eropa.
Salah satu angka tersebut adalah seberapa sering orang Eropa bertemu dengan teman-temannya.
Menurut Eurostat, kantor statistik Uni Eropa, negara-negara Mediterania cenderung paling sosial: di Yunani, Kroasia, Siprus, dan Portugal, sekitar 40 persen orang yang disurvei mengatakan mereka bertemu dengan teman setiap hari.
Negara-negara tempat penduduknya paling jarang bertemu teman-temannya setiap hari adalah Polandia, Austria, Latvia, dan Belanda, di mana hanya sekitar 7 persen melaporkan adanya pertemuan harian.
Swedia, Belanda, dan Belgia menduduki puncak daftar pertemuan mingguan, dan Polandia, Latvia, dan Lithuania menyediakan ruang untuk persahabatan mereka sekitar sebulan sekali.
Rata-rata, lebih dari 15 persen penduduk Uni Eropa melaporkan bertemu teman setiap hari, lebih dari 37 persen setiap minggu, dan lebih dari 12 persen sebulan sekali.
Angka menarik lain yang menyoroti komitmen orang Eropa terhadap persahabatan adalah jumlah perjalanan yang mereka lakukan setiap tahun untuk mengunjungi teman dan keluarga.
Di blok tersebut, populasi yang paling banyak bepergian untuk mengunjungi teman dan keluarga tetap sama sejak 2012: Prancis, Jerman, dan Spanyol.
Pada tahun 2021, mereka yang paling sedikit bepergian untuk mengunjungi teman dan kerabat tinggal di Republik Ceko, Italia, dan Rumania.
Sering bertemu teman
Pada tahun 1938, sekelompok ilmuwan Harvard memulai program penelitian yang disebut Studi Harvard tentang Perkembangan Orang Dewasa. Studi yang mengikuti perkembangan anak laki-laki hingga akhir hayat dan kematian ini telah menjadi program penelitian terlama dalam ilmu sosial.
Ketika Robert Waldinger, direktur penelitian saat ini, diminta untuk merangkum temuan terbesar dari penelitian selama puluhan tahun untuk ceramah TED tahun 2015 yang telah ditonton lebih dari 44 juta kali, ia mengatakan koneksi adalah salah satu faktor terpenting untuk menentukan kebahagiaan dan kesehatan orang.
“Mereka yang menjaga hubungan baik bisa hidup lebih lama dan lebih bahagia, sedangkan mereka yang menyendiri sering kali meninggal lebih awal,” katanya.
Sedikit teman
Memiliki banyak atau sedikit teman tampaknya tidak memengaruhi kemampuan kita untuk menjadi individu yang bahagia dan sehat. Sebaliknya, persamaan ajaibnya tampaknya terletak pada seberapa sering kita dapat berinteraksi dengan teman-teman yang kita miliki.
Membandingkan kebahagiaan yang dilaporkan sendiri di antara mereka yang memiliki dan tidak memiliki interaksi sosial yang sering memungkinkan untuk menentukan korelasi mentah antara kebahagiaan dan hubungan sosial di berbagai masyarakat.
Dan tidak mengherankan, penelitian telah menunjukkan bahwa di sebagian besar negara, orang-orang yang bertemu teman-temannya setidaknya sebulan sekali melaporkan lebih bahagia daripada mereka yang tidak.
“Jangan menunggu musibah mengguncang Anda untuk menyadari bahwa persahabatan itu tak ternilai harganya,” tulis psikolog Marisa G Franco dalam buku terbarunya, ‘Platonic: How the Science of Attachment Can Help You Make – and Keep – Friends as an Adult’.
“Ukirlah persahabatan di daftar Anda. Jadikanlah persahabatan sebagai bagian dari diri Anda, karena inti yang dalam dan sejati yang perlu dimiliki terletak di dalam diri kita semua”.*
Makin Banyak Orang Barat Tak Punya Teman
