InfoMalangRaya.com – Para peneliti ‘Israel’ mengeluh telah mengalami ratusan boikot akademis dan menghadapi kesulitan dalam berkolaborasi dengan lembaga asing dalam beberapa bulan terakhir, menurut Asosiasi Rektor Universitas Israel pada Selasa.
Laporan tersebut menyebutkan bahwa sejak mulainya perang genosida di Gaza pada Oktober 2023, asosiasi telah menerima 200 keluhan dan dalam rentang waktu satu tahun, ada tambahan 300 keluhan.
Selain itu juga telah terjadi penurunan yang signifikan dalam kerja sama institusional dengan universitas-universitas di luar negeri.
Di Spanyol, misalnya, kerja sama hampir dihentikan, dan universitas-universitas besar di Belanda dan Belgia telah mengumumkan berakhirnya kerja sama akademis mereka dengan lembaga-lembaga Israel.
Di samping itu, buku-buku dan jurnal ilmiah menolak untuk menerbitkan artikel oleh para peneliti Israel, sementara para peneliti di luar negeri menolak untuk melakukan peer-review terhadap artikel yang diajukan oleh orang ‘Israel’.
Boikot akademis terhadap peneliti ‘Israel’ telah menyebabkan pemotongan dana dari lembaga-lembaga penelitian asing dengan para peniliti di luar negeri yang menuntut rekan-rekan ‘Israel’ mereka untuk keluar dari serikat penelitian internasional karena takut akan merugikan dana penelitian mereka sendiri.
Dalam laporan tersebut diungkapkan bahwa ada banyak contoh di mana anggota fakultas dan mahasiswa telah mengambil langkah pribadi untuk memboikot ‘Israel’, secara eksplisit mengungkapkan niat mereka. Hal itu didorong oleh pertimbangan poltik mereka, terutama sebagai protes atas perang genosida ‘Israel’ di Gaza.
Lebih lanjut dicatat bahwa protes akademis terhadap ‘Israel’ selama bulan-bulan awal perang di Gaza sebagian besar terdiri dari demonstrasi mahasiswa. Namun, sekarang, boikot tersebut terutama berasal dari lembaga-lembaga itu sendiri dan anggota fakultas universitas, dengan sebagian besar keluhan yang disampaikan kepada dewan berkaitan dengan lembaga-lembaga di Eropa dan Amerika Serikat.
Laporan tersebut juga memperingatkan bahwa boikot akademis terhadap ‘Israel’ dapat meningkat dengan potensi kembalinya Presiden Amerika Serikat Donald Trump ke Gedung Putih dengan kebijakannya yang mendorong perubahan birokrasi di institusi pendidikan tinggi AS, yang menekankan pada pemeliharaan netralitas institusi.*