InfoMalangRaya.com– Terletak di antara kedai-kedai kebab, penjual makanan khas Karibia dan gedung apartemen baru nan mentereng di Dalston, timur laut London, berdiri sebuah masjid yang pertama dibangun di Inggris oleh komunitas Turki. Meskipun bangunannya masih berdiri tegak, masjid itu sepi jamaah dan minim donasi sehingga sulit untuk bertahan.
Orang muda perlahan tapi pasti tidak lagi mengunjungi masjid di daerah Dalston itu, sehingga pemiliknya mungkin terpaksa menerima tawaran developer untuk menjualnya.
“Tagihan kami naik tiga kali lipat, biaya untuk pemeliharaan gedung melonjak dan kami tidak mengumpulkan cukup donasi,” kata Erkin Güney, 59, pengelola dsn pemilik Masjid Ramadan yang juga dikenal sebagai Shacklewell Lane Mosque.
Dia mengatakan masjid itu kemungkinan terpaksa ditutup pada bulan Ramadhan tahun depan, lansir The Guardian Kamis (21/3/2024).
Biaya bulanan mencapai sekitar £4.000. “Kami mendapatkan sekitar £200 sampai £300 sepekan apabila kami beruntung,” kata Güney. Dia baru-baru ini mendapatkan tagihan listrik £17.000.
Ketika jurnalis The Guardian mengunjungi masjid itu hari Jumat pekan lalu, pengurusan pemakaman sedang berlangsung. Itu yang merupakan sumber pendapatan utama masjid, sementara tambahannya berasal dari donasi yang belakangan menurun tajam. Kematian seorang jamaah tidak hanya memukul komunitas, tetapi juga biasanya berarti hilangnya donatur masjid.
Güney merupakan pemilik tanah di mana masjid itu berdiri. Dia mengatakan masjid terancam tutup dalam waktu setahun dan terpaksa menerima tawaran developer. Sepuluh tahun silam tanahnya ditawar £13 juta dan belakang ini £18 juta.
“Mereka ingin merobohkannya dan menggantinya dengan bangunan rumah susun. Tragis,” ujar Güney.
Apabila tanahnya dijual ke developer, bangunan masjid sekarang akan dirobohkan, dan apabila masjid akan dibuat di sana maka akan berada di bagian lantai bawah bersama jajaran toko dan kedai, sementara rumah tempat tinggal orang berada di lantai atas.
“Energinya tidak akan sama,” kata Güney.
Bangunan tempat masjid itu pertama kali dibangun pada tahun 1903 dan awalnya itu merupakan sinagoge yang dipakai oleh komunitas Yahudi.
Pada tahun 1970-an, bangunan tersebut ditelantarkan dan kemudian diambil alih oleh ayah Erkin, Ramadan Güney, yang mengubahnya menjadi masjid pertama komunitas Turki di Inggris. Pada masa itu masjid makmur dan ramai jamaah. “Tidak ada masalah finansial kala itu,” kata Erkin Güney.
Beberapa tahun belakangan, jamaah dari komunitas Turki-Siprus yang biasanya mengunjungi masjid itu ada yang “wafat, pindah atau tidak dapat ke sini,” kata Güney.
Krisis biaya hidup dan tingginya sewa rumah di kawasan Dalston membuat banyak orang pindah ke daerah lain yang lebih terjangkau.
“Banyak warga yang pindah karena mereka tidak sanggup hidup di daerah ini. Mereka pindah karena mereka tidak sanggup untuk bertahan. Kami kehilangan komunitas kami,” kata Güney.
Generasi keturunan Turki-Siprus tidak mengunjungi masjid karena mereka sudah terkena “westernisasi” dan terlepas dari akar budaya moyangnya, papar Güney, seraya mengatakan bahwa pihaknya kerap mengimbau agar para pemuda datang untuk meramaikan masjid.
Berkurangnya jamaah kemungkinan disebabkan bermunculannya masjid baru. Sekitar 10 masjid didirikan di daerah itu sejak Masjid Ramadan dibuka.
“Apabila 100 orang memberikan £5 atau £10 sebulan, maka itu akan mengurangi beban,” kata Güney. Dia juga mengumpulkan uang untuk memperbaiki kerusakan pada bangunan historis itu. Belum lama ini sebuah kaca jendela yang pecah di bagian atap masjid membutuhkan dana perbaikan lebih dari £2.000.
Dakwah Media BCA – Green
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal InfoMalangRaya (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
“Saya tidak berada di sini untuk uang, kalau iya, saya pasti sudah menjual bangunan ini dan pergi. Ini masjid dan tidak selayaknya dijual, tidak boleh diusik. Ini tempat suci,” tegas pria keturunan Turki itu.
Güney mengambil alih pengelolaan masjid itu sekitar 12 tahun silam. Sebelum itu, dia memiliki sebuah kelab malam.
“Suatu hari saya berkata, ‘Saya tidak mau melakukan ini lagi’ dan saya tutup pintunya,” cerita Güney.
Dia dibantu oleh Michael, yang disebutnya sebagai “pemuda Kristen yang baik”, yang selalu mengikutinya. “Dia sudah beralih dari John McVicar ke Gandhi.”
Sound system yang dulu dipakai di kelab malam Güney sekarang ditempatkan di masjid. Sesekali diletakkan di bagian atap untuk menggemakan kumandang azan. “Saya bukan seperti ketua pengurus masjid pada umumnya,” kata Güney.*