“Jumlah penduduk Indonesia pada semester I 2024 adalah 282.477.584 jiwa,” ujar Direktur Jenderal Dukcapil Kemendagri, Teguh Setyabudi, di Jakarta Pusat, Rabu (7/8/2024).
Menurut Teguh, dari total jumlah penduduk tersebut, 142.569.663 jiwa adalah laki-laki dan 139.907.921 jiwa adalah perempuan. Berdasarkan sebaran per provinsi, Pulau Jawa memiliki jumlah penduduk terbesar dengan 55,93 persen atau sekitar 157.393.610 jiwa. Pulau Sumatera menyusul dengan 21,81 persen atau 61.583.691 jiwa, diikuti oleh Sulawesi dengan 7,36 persen atau 20.783.350 jiwa, dan Kalimantan dengan 6,18 persen atau 17.454.078 jiwa. Bali dan Nusa Tenggara mengumpulkan 5,56 persen atau 15.711.214 jiwa, sedangkan Pulau Papua memiliki 2 persen atau 5.649.552 jiwa, dan Pulau Maluku mencatat 1,17 persen atau 3.084.148 jiwa.
“Dari total 282.477.584 jiwa, yang wajib memiliki KTP elektronik adalah 207.889.876 jiwa, atau 97,19 persen. Target kami akhir tahun ini adalah 99,4 persen,” jelasnya. Teguh menambahkan bahwa data ini menunjukkan konsentrasi penduduk yang sangat tinggi di Pulau Jawa, yang juga mencerminkan perannya sebagai pusat ekonomi utama, sementara pulau-pulau lainnya memiliki sebaran penduduk yang lebih rendah.
Lebih lanjut, Teguh merinci bahwa Provinsi Jawa Barat mencatat jumlah penduduk tertinggi dengan 50.489.208 jiwa, diikuti oleh Jawa Timur dengan 41.714.928 jiwa, dan Jawa Tengah dengan 38.280.887 jiwa. Sebaliknya, provinsi dengan jumlah penduduk terkecil adalah Papua Selatan dengan 545.861 jiwa, diikuti oleh Papua Barat dengan 569.910 jiwa, dan Papua Barat Daya dengan 616.132 jiwa.
Di tingkat kabupaten/kota, Kabupaten Bogor menempati urutan teratas dengan jumlah penduduk sebanyak 5.664.537 jiwa, disusul oleh Kabupaten Bandung dengan 3.773.104 jiwa, dan Kabupaten Tangerang dengan 3.373.149 jiwa. Sebaliknya, kabupaten dengan jumlah penduduk terkecil adalah Kabupaten Supiori dengan 27.159 jiwa, diikuti oleh Kabupaten Tana Tidung dengan 29.291 jiwa, dan Kabupaten Kepulauan Seribu dengan 30.414 jiwa.
“Kabupaten-kabupaten ini menunjukkan angka populasi yang lebih rendah, yang dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti lokasi geografis yang terpencil dan tingkat aksesibilitas yang terbatas,” jelas Teguh.