InfoMalangRaya.com – Hari pertama di bulan Februari diperingati sebagai Hari Hijab Sedunia, didedikasikan untuk meningkatkan kesadaran akan diskriminasi yang dihadapi oleh Muslimah karena keyakinan agama mereka dan mengkampanyekan kepada dunia bahwa hijab adalah hak asasi.
Meskipun hijab adalah pakaian yang umum dikenakan oleh banyak perempuan Muslim karena berbagai alasan, baik agama maupun budaya, beberapa Muslimah di Barat masih menghadapi pertanyaan tentang itu.
Pertanyaan seperti, “Apakah Anda mandi dengan hijab?” atau “Apakah Anda tidur dengan hijab?” adalah beberapa pertanyaan konyol yang sering dihadapi para Muslimah di negara Islam menjadi agama minoritas.
Namun, bagi perempuan Palestina di Gaza, pertanyaan-pertanyaan ini mencerminkan kenyataan pahit dalam kehidupan sehari-hari mereka, terutama selama agresi yang dilancarkan oleh Israel di Gaza, di mana hingga kini telah menewaskan hampir 27.000 orang sejak 7 Oktober 2023.
“Selama perang, saya memakai jilbab saat tidur. Saya khawatir kemungkinan serangan yang dapat memaksa kami meninggalkan rumah secara tiba-tiba,” kata Dana Al Ghossain, seorang guru bahasa Inggris.
“Saya memeluk anak-anak saya erat-erat, berusaha merasa nyaman dan mencoba tidur, berharap untuk melarikan diri dari kenyataan yang menyakitkan ini,” kata ibu dua anak ini kepada TRT World.
Sebagian besar perempuan berhijab di Gaza mengalami masalah seperti Dana, karena mereka harus menyesuaikan diri dengan kehidupan di bawah pengepungan Israel. Para Muslimah harus berbagi tempat di pengungsian dengan ratusan orang yang tidak memberikan mereka privasi.
Kekhawatiran akan serangan yang terus menerus inilah yang membuat para perempuan Gaza untuk bersiap-siap menyelamatkan diri atau menghadapi keadaan yang lebih buruk, sambil berusaha tetap menutup aurat mereka.
Baca juga: Muslimah Swedia Gugat Klinik Kesehatan Usai Dipaksa Lepas Hijab
Selalu Siapkan Mukena
Sebagian besar perempuan Muslim di Gaza juga mengenakan mukena dikenal dengan nama ‘isdal’ atau ‘toub salah’ – yang menutupi seluruh tubuh kecuali wajah saat sholat.
Namun, pada masa perang, perempuan Palestina secara konsisten mengenakannya sebagai sarana untuk melindungi kesopanan mereka dan menghindari kemungkinan hijab mereka terbuka jika terjadi cedera atau kematian, yang mungkin terjadi kapan saja.
Eman Shanti, seorang wanita Palestina dari Gaza, mengatakan bahwa mukena ini menjadi “seragam resmi mereka dalam keadaan darurat” dalam situasi mengerikan.
Dakwah Media BCA – Green
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal InfoMalangRaya (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Ketika ditanya tentang pendapatnya tentang Hari Hijab Sedunia, Dana dengan bangga mengatakan, “Mengenakan hijab adalah sebuah kebanggaan bagi saya, dan saya dengan teguh memakainya. Saya telah melalui semua pengalaman saya, termasuk tantangan yang saya hadapi selama perang dengan mengenakan hijab. Hal ini memiliki arti penting bagi saya,”
Di masa perang, sikap menjaga hijab para perempuan Gaza ini menjadi bukti kuat akan ketahanan dan iman yang tak tergoyahkan dari para perempuan Palestina di tengah situasi yang paling menantang.*
Baca juga: Lebih dari 27.000 Warga Gaza Gugur Seiring Meningkatnya Kekejaman Zionis ‘Israel’