InfoMalangRaya.com– Sedikitnya S$1,1 miliar lenyap dalam tindak kejahatan siber di Singapura pada 2024, kenaikan 70,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Demikian menurut statistik yang dirilis pihak kepolisian hari Selasa (25/2/2025).
Kepolisian Singapura mengatakan total kasus scam atau penipuan jumlahnya naik 10,6 persen menjadi 51.501 kasus pada 2024, yang mencakup 92,3 persen dari berbagai kasus kejahatan siber yang dilaporkan tahun lalu.
Dana yang hilang akibat aksi tipu-tipu kebanyakan kurang dari S$5.000, sementara angka median per kasus S$1.389. [S$1 sekitar Rp 12.077]
Pada 2024, Anti-Scam Command (ASCom) berhasil memulihkan dana lebih dari S$182 juta, dan jumlah bersih yang hilang akibat scam sekitar S$930 juta. Jadi, masih banyak yang tidak atau belum terselamatkan.
Meskipun demikian, ASCom berhasil mencegah S$483 juta hilang akibat scam, kata Kepolisian Singapura dalam sebuah pernyataan seperti dilansir Bernama.
Dana yang hilang itu kebanyakan dalam bentuk mata uang kripto, mencapai sekitar 24,3 persen dari total dana yang hilang akibat scam pada 2024. Bandingkan dengan sekitar 6,8 persen pada 2023.
Berdasarkan jenis penipuan, pada tahun 2024 paling banyak terjadi kasus penipuan berkaitan dengan e-commerce, penipuan kerja, phising, investasi, dan telepon dari teman palsu.
Dana hilang akibat transfer yang dilakukan oleh korban sendiri mencakup 82,4 persen dari total kasus scam tahun lalu.
Menurut kepolisian, dalam banyak kasus pelaku penipuan tidak secara langsung mengendalikan rekening korban. Para pelaku justru mendorong korban untuk melakukan pemindahan dana sendiri, dengan cara tipu muslihat tentunya.
Media sosial Facebook, WhatsApp, Instagram dan Telegram tetap menjadi alat yang paling banyak dipergunakan pelaku untuk mengontak dan menjerat korbannya.Pada tahun 2024, sebanyak 70,9 persen korban scam merupakan kalangan muda, remaja dan orang dewasa di bawah usia 50 tahun.
Polisi mengatakan, meskipun korban dari kalangan usia manula proporsinya relatif kecil, tetapi ditinjau dari jumlah atau nilai kerugian yang dialami per korban mereka termasuk yang tertinggi.*